Sunday, May 12, 2013

Stroke dan TIA, Catatan OGK #2


Stroke merupakan keadaan di mana terjadi kerusakan sel-sel otak akibat iskemia di otak. Mengenai iskemia sejauh pemahamanan saya merupakan suatu gangguan pada kerja jantung akibat kebutuhan akan suplai oksigennya melebihi suplai oksigen yang dibawa oleh sirkulasi darah. Kekurangan suplai oksigen ini bisa terjadi akibat penyempitan pembuluh darah akibat aterosklerosis ataupun trombus. Angina atau rasa nyeri di dada merupakan salah satu gejala terjadinya iskemia ini. 

Yang dimaksud dengan TIA (Transient Ischaemic Attack) merupakan suatu kedaan saat terjadinya serangan jantung.

Kembali lagi berbicara mengenai stroke, pembahasan TIA akan dilanjutkan setelahnya.

Jadi, bisa dikatakan stroke terjadi akibat hipoksia (kadar oksigen dalam darah menurun). Selain karena adanya blok atau sumbatan dari aterosklerosis maupun trombus, stroke ini juga dapat terjadi akibat pecah atau putusnya arteri yang menuju ke otak sehingga mengalami perdarahan dan banyak darah yang keluar lalu tidak dapat mencukupi kebutuhan jaringan otak. Dalam hal ini, bisa dibilang merupakan suatu kondisi yang terjadinya di otak, apabila kekurangan suplai oksigen akibat apapun dan terjadi di otak, menurut saya baru bisa dibilang stroke. Apabila terjadi hipoksianya di lengan misalnya, tidak bisa dikatakan sebagai stroke karena stroke berhubungan dengan gangguan sistem koordinasi yang dijalankan oleh otak. 

Stroke merupakan tiga besar penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia. Oleh karena itu penanganan terkait stroke seperti pencegahan salah satunya perlu untuk diketahui masyarakat Indonesia pada khususnya. 

Stroke dapat diidentifikasi, sebelum terjadi stroke ada penanganannya atau pencegahannya agar jangan sampai benar kejadian terkena stroke. Caranya adalah dengan mengenali gejala-gejala awal (warning sign) akan munculnya strok, dengan menangani gejala-gejala munculnya stroke tentunya dapat mencegah dari terkenanya stroke tersebut. Mengenai penanganan atau manajemen strokenya akan dibahas di bagian akhir.

Terkait stroke, kita perlu mengetahui macam-macam stroke. Berdasarkan penyebab terjadinya stroke, stroke dibagi menjadi 2, yaitu (1) stroke iskemik dan (2) stroke hemorragik. Stroke iskemik merupakan stroke akibat terjadinya iskemia, sementara stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat pecah atau putusnya pembuluh arteri yang menuju ke otak lalu mengalami perdarahan. 

Stroke iskemik merupakan macam stroke yang paling umum di Indonesia. Jadi, stroke ini yang diakibatkan oleh iskemia, terjadi karena adanya trombus atau bahkan embolus. Sementara stroke hemoragik yang sebelum  juga sudah dijelaskan diakibatkan oleh adanya pecah atau putusnya pembuluh arteri yang menuju ke otak, hal ini dapat terjadi akibat terlalu tingginya tekanan darah yang melalui pembuluh tersebut. Bisa dibilang, pasien yang memiliki riwayat hipertensi lebih cenderung terkena stroke dengan jenis stroke hemorragik ini. 

Dampak terjadinya stroke tentu saja adalah adanya gangguan pada sistem koordinasi tubuh, salah satu contohnya adalah mengalaminya kelumpuhan wajah.

Sebagaimana diketahui bahwa bagian otak sebelah kanan mengendalikan anggota tubuh sebelah kiri sementara sebaliknya bagian kiri mengendalikan anggota tubuh sebelah kanan maka apabila terjadi kerusakan pada bagian kanan maka yang mengalami gangguan adalah anggota tubuh bagian kiri dan berlaku pula sebalinya.

Gejala yang dirasakan ketika terkena stroke antara lain: (Hal ini bukan merupakan gejala awal (warning sign) tetapi gejala ketika sudah terkenanya stroke tersebut).
  1. Terjadi rasa sakit kepala yang hebat, bisa datang dengan tiba-tiba. Hal ini dapat terjadi ketika adanya peningkatan pada resistensi perifer sehing meningkatkan pula tekanan intrakranial.
  2. Mengalami gangguan penglihatan, jadi penderita ini akan sulit untuk melihat objek dengan jelas.
  3. Dapat mengalami pusing secara tiba-tiba, sulit berjalan, dan mengalami gangguan keseimbangan.
  4. Rasa bingung yang datang tiba-tiba.
  5. Mengalami masalah atau gangguan dalam berbicara.
  6. Mati rasa pada bagian wajah, lengan, atau kaki secara tiba-tiba. (Misalnya mati rasa pada lengan: ketika memegang gelas tiba-tiba gelasnya jatuh karena tidak bisa mengendalikan lengan akibat mati rasa)
Mengenai stroke ini, kita juga sering melihat bahwa beberapa penderita stroke dapat mengalami kecacatan. Kecacatan ini dapat dihindari apabila mendapatkan penanganan segera dalam waktu 3 jam sejak pertama kali terserang stroke. 

Untuk mengenali gejala awal stroke (warning sign), perlu diketahui adanya F. A. S. T.:
F: Face, ask the person to smile. Pertama kali terkena stroke, penderita ini akan sulit untuk tersenyum.
A: Arm, ask the person to raise both arm. Penderita akan sulit untuk mengangkat lengannya.
S: Speech, ask the person to speak in simple sentence. Penderita akan sulit berbicara dengan lancar.
T: Time, to call hospital. Apabila ketiga gejala awal tersebut yang muncul, maka gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya untuk menghubungi rumah sakit agar mendapatkan penanganan segera untuk menghindari kecacatan.


Beberapa faktor risiko untuk penyakit stroke ini antara lain:
  1. Hipertensi
  2. Diabetes
  3. Atrial Fibrilasi
  4. Penyakit arteri
  5. Anemia sel sabil
  6. Hiperlipidemia
  7. Obesitas
  8. Merokok
  9. Peminum alkohol berat
Jelas hipertensi merupakan faktor risiko untuk penyakit ini karena berhubungan dengan jenis stroke hemoragiknya.

Diabetes merupakan faktor risiko stroke ini terkait dengan sel darah merah, kita tahu seharusnya hemoglobin pada sel darah lebih banyak mengikat oksigen, pada penderita diabetes, hemoglobin banyak yang terglikasi sehingga oksigen tidak lagi banyak diikat oleh hemoglobin melainkan mengikat glukosa. Keadaan ini menyebabkan iskemia sehingga kebutuhan jaringan akan oksigen tidak dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, pada penderita diabetes, adanya glukosa dalam darah dapat menyebabkan viskositas dalam darah meningkat, kekentalan ini dapat memperlambat aliran darah dan memperlambat pula datangnya oksigen ke dalam jaringan yang membutuhkan.

Adanya atrial fibrilasi yang mana kita tahu, menyebabkan aliran darah kadang kuat kadang lemah tidak beraturan, bisa menyebabkan aliran turbulen yang sewaktu-waktu menjadi berbahaya karena dapat mengakibatkan embolus seandainya terdapat plak-plak pada dinding pembuluh, adanya embolus ini tentunya dapat menyumbat saluran pembuluh darah kemudian menyebabkan stroke.

Penyakit arteri khususnya aterosklerosis berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah lalu menyebabkan iskemia dan berlanjut menjadi stroke.

Anemia sel sabit yang mana kita tahu sudah tidak dalam bentuk sel darah merah yang normal, telah kehilangan pula kemampuan mengikat oksigennya dengan baik, berhubungan kembali dengan terjadinya hipoksia lalu iskemia lalu stroke.

Hiperlipidemia, atau peningkatan lipid dalam darah, berkaitan dengan viskositas dan risiko adanya plak pada pembuluh darah yang dapat mempersempit pembuluh darah lalu memperlambat aliran darah.

Obesitas terkait dengan adanya kecenderungan untuk memiliki penyakit yang lain seperti diabetes, aterosklerosis, dan hal lainya sehingga cenderung juga terkena penyakit stroke ini.

Seseorang yang merokok, dapat memicu terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darahnya akibat adanya kandungan nikotin pada rokok tersebut. Adanya penyempitan pembuluh darah dapat menghambat aliran darah. 

Alkohol dalam jumlah besar dapat menyebabkan vasokonstriksi pula, oleh karena itulah peminum alkohol ini merupakan salah satu faktor risiko penyakit stroke.


TIA memiliki hubungan dengan stroke. TIA ada yang mengatakan merupakan serangan jantung, Empat puluh persen penderita TIA biasanya merupakan penderita stroke. Jadi bisa dikatakan TIA ini merupakan kelanjutan dari stroke. Oleh karena itu penanganan atau manajemen TIA ini adalah dengan melakukan penanganan atau manajemen stroke. 

Manajamen stroke dibagi menjadi dua yaitu (1) preventif dan (2) terapi.

Kegiatan preventifnya adalah dengan mengenali gejala-gejala awalnya, lalu segera mengatasinya, agar dengan demikian dapat menghindari terserang stroke.

Pencegahan atau preventionnya dapat dilakukan dengan hal berikut:
  1. Mengontrol tekanan darah, setidaknya memeriksa tekanan darah ini minimal satu tahun sekali, apila didiagnosis mengalami hipertensi, segera lakukan manajemen hipertensi agar tidak berlanjut ke iskemia lalu stroke.
  2. Periksa ada atau tidaknya atrial fibrilasi, karena atrial fibrilasi diketahui dapat meningkatkan risiko stroke 4-6 kali lipat lebih besar dibandingkan penyebab yang lain.
  3. Menghentikan merokok bagi yang terbiasa merokok.
  4. Hentikan pula kebiasan meminum-minuman beralkohol.
  5. Memeriksa kadar kolesterol dalam plasma.
  6. Memeriksa gula darah.
  7. Berolahraga secara teratur.
  8. Mengonsumsi makanan rendah garam dan lemak. Dengan konsumsi rendah garam, karena tingginya kadar garam dapat menyebabkan hipertensi akibat adanya retensi garam.
  9. Mengenali gejala stroke lainnya.
Manajemen terapi dilakukan apabila terjadi stroke yang akut. Majamen ini dibagi menjadi 2: (1) untuk yang stroke iskemik dan (2) untuk yang stroke hemorragik.

Untuk yang stroke iskemik dapat diintervensi dengan obat yang mengandung tPA (tissue Plasminogen Activator). tPA ini dapat mengakifkan proses fibrinolisis apabila ditemukan adanya trombus akibat dipicu oleh adanya agregasi trombosit.

Manajemen terapi untuk yang stroke hemorragik adalah dengan pembedahan, pembedahan ini sangat berisiko. Tingkat kesulitannya tergantung lokasi terjadinya perdarahan.

Untuk pasien yang dapat pulih dari strokenya dapat melakukan manajemen terapi berikutnya yang bersifat preventif yaitu untuk mencegah munculnya stroke kembali yaitu dengan obat-obatan yang bersifat antikoagulan atau antiplatelet. Yang bersifat antikoagulan misalnya warfin, sementara yang bersifsat antiplatelet misalnya aspirin.

Mengenai manajamen strok ini, ada data yang menunjukkan beberapa fakta berikut:
  1. 10% penderita dapat pulih secara lengkap tanpa mengalami kecacatan.
  2. 25% penderita dapat pulih namun dengan adanya disabilitas minor.
  3. 40% penderita dapat pulih dengan disabilitas sedang hingga berat dan memerlukan perawatan spesial.
  4. 10% penderita memerlukan perawatan jangka panjang.
  5. 15% sisanya meninggal dengan segera setelah stroke. Berdasarkan jenis kelamin, 60% yang mengalami ini adalah wanita sementara 40% sisanya adalah pria.
Demikian penjelasan mengenai strok dan TIA berdasarkan apa saja yang saya dengar dari dosen di kelas. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Saya dengan senang hati apabila mendapatkan saran perbaikan. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya :D

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)