Thursday, February 11, 2016

Catatan PKPA Industri #5

[Sumber Gambar: corealispharma.com]

Memasuki bulan kedua PKPA di industri farmasi ini, seharusnya  kami harus sudah dapat melihat data hasil analisis akurasi (yang diulang), specificity, dan robustness. Namun, berhubung mba Lasti mengambil cuti, kami tidak bisa mengerjakannya karena hanya analis yang sudah di-training yang diperbolehkan mengoperasikan alat HPLC. Jadi, selama kami di sini, yang membantu kami mengoperasikan alat HPLC adalah mba Lasti. Kami hanya mengamati saja ketika mba Lasti mengoperasikannya.  

Sebetulnya untuk bisa melihat hasil analisis saja, kami sudah diajari sebelumnya sebagai antisipasi ketika mba Lasti cuti. Namun tetap saja, ternyata setelah dipraktikan, tidak semudah yang diajari mba Lasti secara lisan. Untuk berikutnya, sepertinya kami harus mempraktikannya terlebih dahulu baru benar-benar bisa ditinggal oleh mba Lasti. 

Jadilah kami pada hari itu, mengerjakan hal lain yang bisa dilakukan, yaitu menyusun protokol full validasi dan report hasil analisis yang sudah ada datanya, seperti parameter presisi, linearity, dan robustness (terkait perubahan waktu analisis).

Esoknya, bersama mba Lasti, akhirnya kami dapat melihat hasil analisisnya. Parameter specificity-nya sudah bagus, tidak ada % interference sama sekali pada tiap macam sampel. Parameter robustness, hanya bagus pada robustness (terkait perubahan perlakuan sampel), sementara pada robustness lainnya tidak bagus sama sekali karena nilai RSD-nya sekitar 4an% yang seharusnya tidak lebih dari 2,0%. Sementara pada parameter akurasi, untuk konsentrasi 100% intake dan 150% intake sudah memenuhi syarat, namun untuk konsentrasi 50% lable claim dan 50% intake, tidak memenuhi syarat karena kadarnya kurang dari 97%.

Setelah berdiskusi dengan pembimbing I, akhirnya kami mendapat pencerahan mengenai parameter akurasi. Awalnya kami mengira bahwa analisis akurasi tiap konsentrasinya harus dilakukan pada waktu/hari yang sama (pada satu kali running yang sama) sehingga akurasi yang bagus adalah yang hasil analisis tiap konsentrasi pada waktu/hari tersebut semuanya bagus atau masuk ke kriteria penerimaannya. Jadi selama ini kami selalu mengulang keseluruhan konsentrasi hingga kami benar-benar bisa memperoleh hasil analisis yang bagus pada semua konsentrasi pada waktu/hari yang sama. Namun ternyata, beliau mengatakan bahwa tidak mesti dilakukan pada waktu yang sama, jadi kalau pada kasus kami hanya bagus konsentrasi 100% dan 150%, hanya perlu mengulang konsentrasi 50% lable claim dan 50% intake-nya saja. Tidak harus mengulang semuanya.

Kebetulan sebelum memperoleh hasil yang bagus pada konsentrasi 100% intake dan 150% intake ini, kami sempat memperoleh hasil analisis yang bagus pada konsentrasi 50% intake. Jadi, kami tidak perlu mengulang. Untuk konsentrasi 50% lable claim, kami tidak juga bisa memperoleh hasil yang bagus.

Parameter akurasi merupakan parameter yang sangat perlu diberikan perhatian yang lebih. Dibandingkan dengan parameter yang lain, menyelesaikan pengujian parameter akurasi ini benar-benar membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Butuh mengulang preparasi sampel beberapa kali baru bisa memperoleh data yang bagus yang artinya juga butuh waktu yang lama hingga akhirnya berhasil memperolehnya. Tiap zat aktif berbeda-beda karakteristik pengujiannya. Bersyukurlah bila ketika menguji parameter akurasi langsung bisa diperoleh data yang bagusnya hanya dalam 1 kali pengujian.

Masih mengenai akurasi, pada dasarnya parameter akurasi hanya dibutuhkan 3 tingkat/level konsentrasi yang berbeda dengan kriteria penerimaan kadar antara 97,0-103,0% serta RSD tidak lebih dari 2,0%. Namun pada project kami, pembimbing kami meminta kami untuk menganalisis 4 tingkat konsentrasi, yaitu 50% lable claim, 50% intake, 100% intake, dan 150% intake.

Yang dimaksud dengan 50% lable claim adalah konsentrasi 50% dari kadar yang ada pada label, misalnya suatu zat aktif kadarnya 50 mg pada komposisi yang tertera pada label, maka konsentrasi 50% lable claim adalah yang mengandung zat aktif 50% dari 50 mg itu, yaitu 25 mg. Sementara istilah "intake" menunjukkan kadarnya (bukan lagi lable claim) yang sudah ditambah dengan massanya yang telah dilebihkan selama proses produksi dalam rangka mencegah kehilangan potensi zat aktif selama proses produksi tersebut. Contohnya, zat aktif tersebut yang kadarnya 50 mg pada label, pada proses produksi dilebihkan sebanyak 50%, maka yang ditimbang untuk proses produksi adalah 50 mg ditambah 50% dari 50 mg, yaitu 75 mg. Artinya untuk membuat konsentrasi 50% intake, massa zat aktif yang dibutuhkan adalah 50% dari 75 mg, yaitu 37,5 mg, dan seterusnya untuk perhitungan konsentrasi 100% intake dan 150% intake.

Tujuan dimintanya kami untuk menganalisis empat tingkat konsentrasi tersebut adalah untuk melihat pada konsentrasi berapa analisis yang dilakukan masih bisa dilakukan dan menghasilkan data yang valid. Jika pada 50% lable claim (tingkat konsentrasi paling rendah) masih masuk datanya (memenuhi kriteria penerimaan), maka masih bisa dilakukan analisisnya pada tingkat konsentrasi tersebut, lalu ditetapkan 3 tingkat konsentrasi tersebut adalah 50% lable claim, 100% intake, dan 150% intake.

Namun pada pengerjaannya, berulang kali kami menganalisis, tingkat konsentrasi 50% lable claim tidak ada juga yang masuk ke dalam kriteria penerimaannya. Artinya memang pada tingkat konsentrasi tersebut, tidak bisa dilakukan analisis karena data yang dihasilkan bisa tidak valid. Sementara yang 50% intake-nya bisa masuk kriteria penerimaan, jadilah yang digunakan tingkat konsentrasinya pada parameter akurasi ini yaitu 50% intake, 100% intake, dan 150% intake.

Tidak mudah kami untuk pada akhirnya bisa memperoleh data yang masuk pada kriteria penerimaan. Pertama, kami mengulang preparasi sampel dengan cara yang sama, yaitu sampel placebo dan zat aktifnya dicampur dengan cara digerus menggunakan lumpang dan alu.  Namun ternyata hasilnya tetap sama, masih buruk. Lalu kami mencoba mengubah metode pengadukannya, yaitu dicampur dengan menggunakan alat homogenizer, barulah pada akhirnya kami bisa memperolehnya. Kesimpulan dari kami, penyebab parameter akurasinya tidak juga dapat diperoleh pada percobaan yang pertama adalah kurang homogennya pencampuran bahannya tersebut dan adanya penggunakan alat homogenizer lebih meyakinkan untuk digunakan dalam memastikan campuran bahan benar-benar homogen sehingga siap untuk dianalisis.

Berangkat dari pengalaman kami, saya menganjurkan kepada Anda yang sedang melakukan pengujian parameter akurasi untuk benar-benar memastikan terlebih dahulu bahan-bahan yang dicampurkan telah tercampur dengan benar-benar homogen. Gunakan alat homogenizer jika tidak yakin dengan metode penggerusan.

Dengan demikian, semua parameter yang dibutuhkan dalam rangka full validasi zat ini telah terlaksana dengan baik kecuali parameter robustness (terkait perubahan laju alir, temperatur, dan detektor). Namum pengerjaan parameter robustness ini tidak dilakukan dalam minggu ini. Kami memutuskan untuk mengerjakannya di lain hari, karena kami berfikir hari Jum'atnya lebih bermanfaat untuk digunakan dalam analisis zat X dan Y menggunakan metode A. Karena dengan mengerjakan preparasi sampel seharian di hari Jum'at, HPLC-nya bisa running (dijalankan) pada hari Sabtu hingga Senin (hari libur) yang mana ketika kami masuk di hari Selasa, seluruh data analisis sudah ada. Preparasi sampel yang kami lakukan pada hari Jum'at tersebut antara lain parameter SST, linearity, repeatability, robustness (stability), dan akurasi.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga hasil analisisnya bagus sehingga kami tidak perlu mengulang preparasi sampelnya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Terima kasih sudah berkunjung :D

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)