Saturday, March 25, 2023

Tomorrow: Keteguhan Adanya Hari Esok

Aaaakkk, belum bisa move on dari "Tomorrow". Kangen sama Choi Joon Woong, Koo Ryeon, Park Joong Gil, dan  Lim Ryung Gu (di poster di bawah, urutannya dari kiri ke kanan).


Terdiri dari 16 episode, di setiap episodenya menampilkan beragam cerita seru terkait dengan usaha pencegahan bunuh diri. Judul "Tomorrow" sendiri, menurutku pribadi ya, adalah keyakinan adanya  hari esok untuk orang-orang yang melakukan percobaan bunuh diri. 

Jumadeung adalah perusahaan alam baka yang mempekerjakan malaikat maut, yang berurusan dengan hidup dan mati manusia. Kala itu, jumlah manusia di neraka terus bertambah, akibat bertambahnya manusia yang melakukan bunuh diri. Sebagai akibatnya terjadi peningkatan beban kerja dan gangguan pada keseimbangan di alam baka dan dunia.

Oleh karena itu, Direktur Jumadeung membentuk tim khusus, yaitu tim Manajemen Risiko (MR) yang bertugas untuk menyelamatkan manusia dari percobaan bunuh diri, agar mereka membatalkan niatnya dan kembali menjalani kehidupannya. 

Choi Joon Woong adalah seorang manusia yang sedang banyak melakukan pencarian pekerjaan. Namun, berkali-kali gagal memperolehnya. Pada awalnya ia berusaha sekeras mungkin untuk tidak mencampuri urusan manusia lainnya. Ketika sedang frustasi, ia tak mengira sudah sampai ke jembatan sungai Han, Choi Joon Woong berpapasan dengan seseorang yang akan melakukan percobaan bunuh diri. Awalnya bersikap acuh, tetapi pada akhirnya hati nuraninya menggerakkan untuk menyelamatkannya.

Dalam usaha penyelamatannya, Choi Joon Woong gagal menghalang dan malah ikut terseret terjun ke sungai Han. Beruntung tim MR datang menyelamatkan, orang yang berusaha diselamatkan Choi Joon Woong berhasil selamat. Sementara Choi Joon Woong koma tak sadarkan diri. Dalam komanya, Choi Joong Woong diajak bicara dengan Direktur Jumadeung. Direktur mengatakan padanya bahwa hidupnya dalam koma akan berlangsung selama 3 tahun. Namun, ia menawarkan pilihan hanya 6 bulan, apabila Choi Joon Woong mau bergabung bekerja menjadi malaikat maut di Jumadeung.

Choi Joon Woong memilih untuk bekerja di Jumadeung dan masuk ke dalam tim MR. Tidak mudah untuknya memutuskan bekerja di sana, sempat mencoba di divisi penyuntingan. Namun, melihat bagaimana mulianya tim MR bekerja, Choi Joon Woong tergerak hatinya untuk bergabung. Choi Joon Woong kini berada dalam kondisi setengah manusia dan setengah malaikat maut, sehingga kemampuannya terbatas. 

Koo Ryeon adalah ketua tim MR, yang paling berpengalaman dan memiliki kekuatan yang paling besar. Karakternya keras dan kasar, tetapi memiliki hati yang lembut. Koo Ryeon menggunakan segala cara meskipun harus berkali-kali melanggar peraturan perusahaan dan menjalani hukuman akibat pelanggaran yang dibuatnya. Hal tersebut ia lakukan demi berhasil menyelamatkan para pencoba bunuh diri. 

Lim Ryung Gu adalah bawahan Koo Ryeon dan tentunya seniornya Choi Joon Woong. Memiliki sikap yang dingin dan kurang ramah, kaku, tetapi sangat cerdas. Tidak suka lembur, pekerjaannya selalu diselesaikan dalam 8 jam. Di luar pekerjaannya, ternyata Lim Ryung Gu menggunakan waktunya untuk mencari keberadaan reinkarnasi ibunya. Hal ini ia lakukan atas penyesalan masa lalunya atas perasaan bersalahnya karena ucapan kasarnya menjadi belati penyebab bunuh diri ibunya. 

tim MR


Setiap manusia yang melakukan bunuh diri, ikatan benang merah yang akan mempertemukan lagi saat reinkarnasi terputus. Sehingga sampai kapan pun, jika Lim Ryung Gu memutuskan kembali hidup bereinkarnasi, maka ia tidak akan pernah lagi terkait dengan ibunya, karena benang merahnya telah putus. Oleh karena itu juga, mengetahui akan sia-sia bereinkarnasi, Lim Ryung Gu memilih menjadi malaikat maut, agar bisa mengawasi reinkarnasi ibunya. 

Semenjak Choi Joon Woong bergabung, tim MR menjadi penuh warna. Keceriaan dan ketulusannya menjadi tim MR tersebut makin solid dan dekat satu sama lain. Choi Joon Woong adalah katalis di tim tersebut. Ada hal-hal pada saat penyelamatan, yang tidak bisa dilakukan oleh Koo Ryeon dan Lim Ryung Gu, sehingga keberadaannya melengkapi mereka. Tim MR masih dalam percobaan, apabila gagal dalam misinya, akan terancam dibubarkan. 

Dalam menjalankan pekerjaannya, tim MR bersinggungan dengan tim pengawal. Tim pengawal adalah yang bertugas dalam mengawal arwah manusia yang telah meninggal. Park Joong Gil adalah ketua tim pengawal. Sebelum Koo Ryeon diutus menjadi kepala tim MR, Koo Ryeon adalah anak buah Park Joong Gil yang terbaik. Semenjak keluarnya Koo Ryeon dari tim pengawal, Park Joong Gil mulai membencinya termasuk juga membenci adanya tim MR.

Park Joong Gil dan malaikat maut lainnya dalam tim pengawal


Park Joong Gil mempertanyakan esensi dibentuknya tim MR. Menurutnya orang-orang yang telah memutuskan untuk melakukan bunuh diri tidak perlu diselamatkan, karena sudah keputusan manusia itu sendiri. Namun, direktur memiliki alasan lain. Pada saat berjalannya, ada saat-saat dimana tim MR dan tim pengawal berselisih. Meskipun demikian, akhirnya bisa tetap berjalan lancar, tetapi penuh dengan pengorbanan.

Kasus per kasus percobaan bunuh diri, menarik untuk diselami. Kebanyakan penyebab utama bunuh diri adalah kondisi depresi yang berlarut dan energi negatif yang menguasai mereka. Tim MR dalam penyelamatannya berusaha untuk berempati, mendengarkan, menyelami kisahnya, hingga titik dimana kepercayaan diri mereka akan kehidupan ditemukan dengan harapan dapat bangkit dari depresi dan keluar dari energi negatif. Tim MR berusaha meyakinkan mereka bahwa kehidupan mereka berharga, bahwa keputusan bunuh diri tidak pernah dibenarkan dan justru malah akan membawanya pada kesengsaraan yang baru di neraka. 

Berikut adalah kutipan kalimat-kalimat yang meneguhkan yang aku catat sepanjang menonton keseluruhan episodenya. Kalimat-kalimat yang begitu bermakna untukku dan kuharap juga bermakna untukmu yang sedang mencarinya.

  • "Terima kasih kamu sudah bertahan. Kamu tidak menyerah."
  • "Orang-orang itu hanya ingin tersenyum dan menjalani hidup normal. Bukan karena ingin mati. Mereka hanya tidak ingin hidup seperti itu."
  • "Apakah kamu ingin mati karena ingin terbebas dari rasa sakit yang kamu alami selama di dunia. Tapi, tahukah kamu, masa setelah kematian akibat bunuh diri justru lebih menyakitkan. Apakah itu akan menyelesaikan masalah?"
  • Saat ini memang rasanya kau tertinggal dari yang lain. Meski begitu, hiduplah. Jangan merasa ingin mati karena cuaca yang cerah atau cuaca yang berubah mendung. Mulailah dari sana, teruslah hidup."
  • Park Joong Gil menggerutu, "Aku tidak mengerti kenapa mereka mudahnya memilih mati. Padahal mereka akan berubah pikiran hanya dengan beberapa kata." Kemudian Direktur menjawab, "Pikirkan perasaan orang yang memilih mati, karena tidak ada yang mengatakan kata itu pada mereka. Percayalah tidak ada seorang pun yang dengan mudah memilih mati."
  • "Tentu saja sulit dan menyedihkan, saat keluarga yang dicintai pergi selamanya. Namun, kamu harus melalui itu, untuk bisa merindukan orang yang dicintai tanpa beban. Mungkin menyakitkan mengenang yang sudah tiada sekarang, tetapi rasa rindu tercipta dari kenangan akan kebahagiaan."
  • "Entah itu kesedihanm kesepian, rasa sakit, atau apa pun itu, semua manusia diberikan jumlah sama rata untuk dipikul. Kepada mereka yang berhasil bertahan, nantinya akan diberi imbalan."
  • "Kurasa alam baka terlalu keras kepada orang yang bunuh diri. Karena itu kau harus menghargai setiap nyawa."
  • "Jika kita tidak menyerah pada hidup, musim semi pasti akan datang."
  • "Saat menjalani hidup, akan ada saatnya kau sadar bahwa semua yang kau lalui itu untuk hari ini. Karena itu, teruslah hidup."
  • "Apa kamu tahu sakitnya berpisah tanpa ucapan selamat tinggal? Seperti memilih neraka abadi untuk melepaskan diri dari penderitaan sekarang."
  • "Meskipun ironis, tapi aku tak ingin berakhir seperti matahari terbenam", kata Choi Rui yang berusaha melakukan percobaan bunuh diri dan menyerah dengan hidupnya, namun Koo Ryeon membantah, "Apa salahnya matahari terbenam? Setiap hari tak terhitung banyaknya orang yang menyaksikan dan mengaguminya, Bersinarlah sebaik mungkin, dan ketika saatnya tiba, terbenamlah dengan indah. Semua orang akan mengingat momenmu, dan akan bersamamu sampai akhir."
  • "Semua orang yang kamu selamatkan, menjalankan hidup dengan baik. Tetapi kenapa kamu merasa tidak bahagia?" pertanyaan Choi Joong Woong terhadap Koo Ryeon yang bersedih hati. "Jika dirimu sendiri tidak bahagia, apa gunanya menyelamatkan orang lain."
Diketahui alasan bersemangatnya Koo Ryeon di tim MR sendiri adalah berlandaskan pada masa lalunya, akan penyesalannya dulu ketika memutuskan untuk bunuh diri hingga akhirnya ia harus menjalani hukuman berjalan jauh di neraka sambil mendengarkan tangisan orang-orang yang mencintainya yang telah ditinggalkannya. Rasa penyesalan itu menjadi cambuk untuknya, agar tidak ada lagi manusia-manusia yang akan mengalami penyesalan yang sama akibat bunuh diri.

Park Joong Gil, yang telah dihilangkan ingatan masa lalunya, terus dihantui mimpi buruk, dimana Koo Ryeon selalu ada dalam mimpinya. Ternyata, Park Joong Gil adalah suami Koo Ryeon yang dulu ditinggal olehnya bunuh diri. Mengetahui akan masa lalunya tersebut, kini Park Joong Gil tidak lagi memusuhi Koo Ryeon, melainkan makin bersimpati dengan Koo Ryeon atas perjuangannya yang ia lakukan kini dalam menyelamatkan mereka yang mencoba bunuh diri. Karena Park Joong Gil ingat rasa sakitnya dulu ditinggal olehnya. 

Setelah banyak kasus telah terselesaikan dalam 6 bulan yang tidak mudah dan penuh perjuangan. Tim MR yang hampir gagal dan hampir dibubarkan, akhirnya berhasil dijadikan sebagai tim tetap. Sementara Choi Joon Woong juga dikembalikan ke tubuh manusianya yang koma. Beserta dipenuhi keinginannya untuk memiliki pekerjaan. Meski ingatannya akan pengalamannya menjadi malaikat maut dalam tim MR telah dihapus, namun kebaikan serta kepekaan hatinya pada orang lain yang depresi yang mencoba untuk bunuh diri, tetap mendorongnya untuk tidak menutup mata dan membantu menyelamatkan mereka. 

Terdapat satu pesan kesimpulan dari semua kasus penyelamatan bunuh diri yang dilakukan oleh tim MR yang aku catat sebagai berikut:

"Aku menjadi sadar, orang terakhir yang harus kuselamatkan adalah diriku sendiri. Pada akhirnya, yang bisa menolong kita adalah diri kita sendiri."

Ketika kita dalam kondisi depresi dan mengarah pada tingkat energi negatif yang amat tinggi hingga memicu keinginan untuk bunuh diri, jangan berharap akan ada orang lain yang menyelamatkan kita. Tim MR hanya ada pada cerita fantasi "Tomorrow" ini, beruntung jika ada yang membantu di sekitar, jika tidak, pada akhirnya, yang bisa menyelamatkan kita, adalah diri kita sendiri."

Selain keseruan di setiap cerita serta pesan-pesan yang begitu menusuk meneguhkan hati. Drama Korea ini penuh dengan kelakuan-kelakuan lucu yang membuat tertawa sehingga tidak bosan menontonnya. Aku bahkan masih belum bisa melupakan keseruan persahabatan mereka. Terutama tingkah lucu Choi Joon Woong yang memberikan percikan kehidupan pada timnya.

Sekian ulasan singkat yang diberikan dalam postingan ini. Mohon maaf kalau ada salah penguraian. Semoga pesan-pesan yang aku catat dari drama ini, bermanfaat juga untuk kamu yang sedang dalam pencarian makna hidup. Hidupmu berharga, mengakhiri hidup bukanlah penyelesaian, melainkan awal dari rasa sakit yang baru di alam baka. Maka, teruslah hidup! Kelak musim semi akan datang.





Disclaimer: semua gambar diperoleh dari google

Wednesday, March 22, 2023

The Heaviest Ramadhan is Coming: Be Busy!

Mom, the upcoming Ramadhan feels different. Usually I feel excited, but this time, I feel so much worries. I worried of how I encounter Ramadhan alone. The 'jet lag' feels real. When I usually in rush to meet you and family to iftar together, now I don't have reason to be in rush. Even though the office time to come home is accelerated, it will not affect me. To where now I go home? I have no home to return to meet the people who wait me. My new home is only me. 

I don't know why the above reality really disturbs me. Day by day before the starting of Ramadhan, the depression is in its highest. My mind is full of negativities. I couldn't hold it. I feel like I wanna disappear. I don't wanna see people coming home to meet their family. It hurts me so bad. The feeling was like becoming a disabled in a community. Will they see me bad? Will they feel sorry to me? Will they ask me how I spend the iftar time? I am afraid of those reactions. I am not normal, I am broken, not complete. I already lost my two legs, now I don't have support to walk in this life.

Is it the same feeling like how MPD (21 y.o) felt when the day of her graduation day is coming? I heard she was in depression as her parent who is divorced didn't want to come to her graduation. Did she also feel worried to see the people coming to the graduation with their parent when her parent would not make it? She might feel so broken. Was she also afraid of the reactions of the people towards her abnormal? Instead of experiencing it, then, was it the reason why she chose to vanish before the graduation time comes?

I also wanna disappear, so the people would not see me miserable. 

The negative thinking really haunted me. The heart rate increased, the breath was a little bit difficult. I was about to faint. Yet, I was trying to seek for help. I remember my office mate who is always positive. I told her that the negative thinking in my head is gonna kill me, could you suggest me a thing to stay positive?

She said that I should find way to be happy. But, for now, even I don't know what things that could make me happy. I used to be happy by doing this and this, but now, I feel different. She told me that my negative thinking is something that may not happen in the future. Every possibilities can still happen. Your negative thinking appears due to your bad past. Meanwhile, there is no guarantee if your future will be affected by your past. 

Even there is a hadist that tells, that human will be in disadvantage if today is not better than yesterday, or tomorrow is not better than today. So, it must be you who control your future, whether to be better or not. Of course, based on the hadist, you must make your tomorrow better than today. If you keep bringing your past, you will always loss and will never move forward. 

She also told me to accept the past, if you still in your negativity to the future, it means you haven't accepted your past yet. She has also ever experienced depression back then. She tried to find tools to help her rise up. Thus, she also showed me the tools, which are a book and a music video. She told me that those tools were effective for her, so she hope I would do so. 

Before meeting her to borrow her book, she sent me the youtube link:



I tried to listen to it before I sleep even it kept playing until I slept. I could feel the calm, and it successfully eased me to sleep. Thank you mbaaa. I did have a good sleep and will replay it when the negativity attacks me again.

Now, I tried to plan what I will do during my first Ramadhan without family, hoping that nobody sees me. Even though I have ever experienced living alone overseas, it did not really affect me  since most of them were also alone, far from the hometown, I didn't feel lonely alone. 

Here, I am already in my hometown, but I feel lonely. Thus, my plan is to meet any old/new friends who can, so I will not feel lonely. Hope, they wanna meet me too. Nowadays, it's not easy to create agenda with them, we have different free time. Another option if nobody is available, I may try to find new activity.

Nurul, I know it would be hard, but please bear it up. Encountering day by day in Ramadhan would not be felt if you distract your feeling and focus on your activities. Isn't being alone not bad at all? Yes, please try new activities that you never did before during Ramadhan. Nurul, be busy! Don't listen to your negative thoughts. Ignore! Be strong! You can do it! Ganbareeeeeee!


Kono sekai wa sawagashi sugiru kara 

(Because this world is too noisy) 

Kikanaide,  

(Don't listen)

Minaide,

(Don't see)

Kamawanaide,

(Don't care)

Soshite maini tsutsume,

(Please keep stepping forward)


Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Monday, March 20, 2023

Es Krim: Comfort Food Terbaik!

Hari ini bawaannya bete banget, PMS serasa sangat nyata. Abis ngegym rasanya pengen cepet balik pulang karena kayaknya sedikit kurang fit. Mana kepala sakit. Sepertinya harus makan nasi. Kalau lagi ga enak badan, aku perlu makan nasi, tetapi aku batalin, berbelok beli es krim aja. Sepertinya makan es krim lebih better untuk memperbaiki mood-ku yang ga bagus seharian. 

hari ini bawaannya capek, rasanya ingin menghilang

Obat terbaik untuk hari ini, semoga besok bisa tetap sehat, meski ga sempat makan nasi malam ini

Mantap kali coklatnyaa


Tadinya mau beli popcorn keju indomaret juga, aku suka banget. Udah muterin ga ketemu-ketemu. Eh lupa, ini alfamart wkwkwk. Emang kurang gula ini anak.

Seharian bertanya-tanya apa yang bisa bikin hepi hari ini, karena rasanya capek banget kalo mood jelek begini. Akhirnya es krim menyelamatkanku.

Es krim adalah salah satu makanan yang bisa memperbaiki suasana hati karena es krim kaya dengan protein yang meningkatkan kadar tirosin di dalam otak. Tirosin adalah neurotransmitter yang bisa meningkatkan hormon dopamin, hormon yang bikin bahagia. Selain es krim, yang bisa meningkatkan mood ada coklat, susu, kopi, pisang, teh, telor, dan blueberry. [1]

Fakta menarik terkait es krim, berdasarkan survei yang dilakukan pada lebih dari 1000 orang Amerika Utara, es krim menempati posisi pertama sebagai comfort food pilihan wanita (74%) dan juga pria (77%). Mengungguli coklat dan cookies (pilihan wanita), serta sop dan pizza/pasta (pilihan pria). [2]

Menariknya lagi, berdasarkan survei yang dilakukan pada 277 partisipan (196 wanita dan 81 pria), yang menjadi dorongan untuk mengonsumsi comfort food adalah kesendirian, depresi, dan rasa bersalah [2]. 

Tepat berarti aku menjadikan es krim sebagai obat terbaikku hari ini, dan untuk ke depannya kalau depresinya ke-trigger lagi.  


Referensi:

[1] Trivedi, Vishal & Patel, Manav & Prajapati, Jashbhai & Pinto, Suneeta. (2015). Good Mood Food and Health. 

[2] Charles Spence, Comfort food: A review, International Journal of Gastronomy and Food Science, Volume 9, 2017, Pages 105-109, ISSN 1878-450X, https://doi.org/10.1016/j.ijgfs.2017.07.001.

Sunday, March 19, 2023

Thank you for still remembering me :'

When I was in Hokkaido, I struggled to get friends. It was my first time living alone, with nobody that I know. I thought, it would be easy to get friends. The reality, it was not. I joined every circle, but sadly when I remember them, they don't remember me back. I felt that, I was still not included as their friends.

Until in my second year, God granted me friends that I can rely on. They remember me back. I felt complete. As simple as remember me when they wanna hang out for dinner or make a trip. That is what I want as a friend. 

Even though we are already separated, they still remember me. One of them sent me picture of recent cherry blossom in Tokyo, another one sent me gift from Hokkaido, one invited me to his wedding, and happily I could make time with another one offline since we are still in Jabodetabek area, we had lunch in D'Bollywood, a restaurant for Indian cuisine, the review of the foods, click here

The cherry blossom that just bloomed in Tokyo recently, I guessed it has not bloomed in Hokkaido.


The cake that I received, my favorite


Dear my generous friends, I didn't ask for something pricey. Just remember me and have time with me are already enough. Thank you for still remembering and having time with me. I really appreciate this friendship as the remaining of friends that I used to have, some of them are already forgetting me. 

I wish you all a good luck with your dreams and a happy life. Hope, we can reunite again. 

Kimi tachi ga inakute, watashi wa sabishii desu :'

Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Dedicated for Mom's Death Anniversary

Exactly today is a year of my mom that passed away, it was on 19 March 2022. This post is dedicated to my beloved mom. 

I hope, the reader who randomly jumped to this post, together with me, kindly pray for you. 

Allah, I know it was you who designed the leaving of my Mom. Allah, please erase all the sins that my Mom have been done, either intentionally or unintentionally. She has a pure and kind heart. Her patience is extraordinary. She is also so soft and never yell at me. 

I remember her accompany every time I was afraid sleeping alone. She rubbed my back and stroke my hair. She is full of love even though she never told me directly. But, no worries, she did finally in my dream. It's already sufficient for me. 

All the family also love her. Her fried rice is the best. Every time she cooked in the morning and when the smell flies to the neighbors, my nephews caught the smell and immediately came to our house, to ask for mom's fried rice. I tried several times to copy her recipe, but I failed and never succeeded. Even my sister and sister in law also could not imitate. I don't know what was the different, I guessed it was in you mom, irreplaceable. Hence, your tasty fried rice just turned into our most beautiful memories. 

You were also generous. Even though you didn't work, just a house wife, with your good heart, you taught the neighbors in majlis. I am always happy when you were with them. Not only because I watched you taught them charismatically, but also I watched you happy surrounded by them. I noted that meeting them was one of your happiness. Because you were surrounded with your friends and chit chat happily. 

When I noticed you were a little bit sick, but still forced your self to attend the majlis, at first I felt worried until I found, you were full of smiles. I guessed, meeting them was the medicine for you. 

If you know Mom, I was really worried back then, when it was Covid19 outbreak, and you could not make any meeting at all with them. Deep in my heart, I felt sad seeing you sad. Even though you didn't tell. I know you were sad. Day by day you felt alone. You lost your primary medicine, your motivation, your energy as you could not meet them. Really, I was worried, and it was true. I couldn't replace their spot in your heart. Even until your last day, you could not attend any majlis as Covid19 situation, every meeting is still restricted. However, I heard that, they made time to meet you before your last day. 

Mom, they miss you as well, they also love you. Last week, when we commemorated your death anniversary, I saw several of them cried. I truly understood what they feel. They, your friends, also feel empty without you in majlis. I couldn't hold my tears when they approached me and talked to me. They cared about me knowing me now alone without you and dad. Mom, I hope, there, in good place, you are surrounded by good people, so you never feel alone. 

when we commemorated your death anniversary

your friends


Allah, kindly give her the best place and good friends there. Please, convey our longing feeling. We will always remember her. 

Back then, diabetes mellitus limited her to eat what she likes. Allah, please also give her good foods, her favorites. She likes avocado, sapodilla (sawo), duku, durian, mango, watermelon, lontong sayur, nasi uduk, ikan bakar, kerang hijau, rendang, cumi goreng tepung, ikan pepes, es doger, ubi cilembu, sayur asem, and so on. You can ask her directly what she wants. 

Allah thanks for giving me times with my Mom, during the times with Mom, I was always happy. Even though we are separated in dunya. I hope, you give me eternal times to be with her again in your heaven. 

We visited your grave, to pray for you though it was rain after that. Our love to you was not beaten by the rain.


Alfatihah for my Mom, ila arwahi Hj. Siti Muniroh binti H. Husein.


Bismillāhirrahmānirrahīm

Alhamdu lillāhi rabbil'ālamīn

Ar rahmānir rahīm

Māliki yaumid dīn

Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn

Ihdinas-sirātal-mustaqīm

Sirātallażīna an'amta 'alaihim gairil-magdụbi 'alaihim wa lad dāllīn


Aaammiiinnnn

Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Belajar dari Tenki no Ko (Weathering with You)




Anime buatan Makoto Shinkai lainnya yang recommended yaitu "Tenki no Ko" atau "Weathering with You". Sesuai dengan ekspektasi, anime karya Makoto ini seruuu banget. Anyway, sebelum ceritanya dikulik, ada sedikit pertanyaan yang mengganjal, kenapa ya di 3 anime buatannya ini, Kimi no Nawa, Tenki no Ko, dan Suzume no Tojimari ini, tokoh wanita utamanya ketiganya dalam kondisi ngga ada ibu. 

Mitsuha di Kimi no Nawa, bersama dengan adiknya, tinggal bersama neneknya, tumbuh tanpa sosok ibu karena sudah tiada sejak kecil. Hina di Tenki no Ko, juga kehilangan ibunya saat usianya masih remaja, ibunya meninggal di rumah sakit, lalu berjuang hidup berdua bersama adiknya saja yang masih kecil. Di Suzume no Tojimari, Suzume juga hidup bersama tantenya, karena kehilangan ibu sejak masih balita. 

Apa ya yang ada di pikiran Makoto Shinkai ini sehingga menggambarkan tokoh-tokoh tersebut dengan situasi yang sama. Meskipun demikian, aku berterima kasih karena telah memberikan gambaran bahwa tanpa sosok ibu, mereka dapat tumbuh dengan kuat. Terutama tergambar sangat jelas pada sosok Hina yang bahkan tinggal hanya berdua dengan adiknya, tanpa nenek, ayah, tante di hidupnya. Di usianya yang masih belasan, sudah berjuang mencari uang agar bisa hidup dengan adiknya. Namun, tidak menampakkan rasa lelah dan hidup dengan keceriaan. 

Bedanya dengan diriku, mereka yang ditinggal sudah sedari kecil yang bahkan lebih berat tidak sebanding denganku, tetapi sudah begitu kuatnya menjalani hidup. Sementara aku yang baru ditinggal ibu setahun, meskipun sudah dewasa dan bisa hidup sendiri, nyatanya tubuhku saja yang dewasa, jiwaku masih cengeng. Setuju dengan Hodaka, tokoh laki-laki utama di Tenki no Ko, bahwa kedewasaan bukan dari usianya. Hodaka setuju bahwa Hina dan adiknya Nagi, lebih dewasa darinya meski usianya Hodaka lebih tua dari mereka. Bahkan, Hodaka memanggil Nagi, senpai, karena kedewasaan pemikirannya padahal Nagi masih usia SD, sementara Hodaka usia SMA. 

Kalau begitu, sudah sepatutnya aku juga menjadikan Hina, Mitsuha, Suzume, senpai buatku, karena lebih berpengalaman dalam menjalani hidup tanpa sosok ibu. Jika mereka bisa kuat, kamu juga bisa Nurul. Tapi, aku sangat mengerti, ini tidak mudah. Aku hanya percaya kamu bisa kuat juga. Jika memang membutuhkan waktu, it's okay Nurul. Ngga perlu buru-buru. Take your time!

Seperti biasa yang aku sukai dari setiap anime buatan Makoto Shinkai ini, penggambaran semuanya sangat detail. Selain itu, alur cerita fantasinya mampu membawa emosiku pelan-pelan masuk ke dalam pesan yang ingin diberikan. Jadi, ngga dipaksa untuk masuk. Kalau dipaksa kan ga dapat feel-nya ya. Kalau yang ini, aku dapet banget feel-nya. Pembawaan alur ceritanya pandai sekali. 

Tenki no Ko menceritakan seorang 'gadis cerah' yang mampu mengubah cuaca menjadi cerah pada titik tertentu. Gadis cerah memiliki kemampuan berkomunikasi dengan langit dan dikabulkan permintaannya. Kala itu, Jepang, khususnya daerah Tokyo dan sekitarnya dilanda cuaca buruk berupa hujan terus-menerus. Hodaka datang ke Tokyo sebagai pelarian, kabur dari kampung halaman dan tekanan dari orang tuanya yang sampai akhir cerita, tidak dijelaskan apa yang terjadi di kampung halamannya secara detail sehingga Hodaka memutuskan untuk kabur ke Tokyo.

cuaca buruk berupa hujan yang turun terus-menerus



Dengan usianya yang masih SMA, 16 tahun, sulit baginya untuk memperoleh pekerjaan. Hingga akhirnya Hodaka bertemu dengan orang baik sewaktu di kapal dan kemudian bekerja untuknya. Pekerjaannya serabutan, selain membantunya menulis artikel untuk media yang diterbitkannya, Hodaka juga membantu membereskan rumahnya, mencuci, memasak, dan lainnya. 

Sewaktu sebelum mendapatkan pekerjaan dan ketika uangnya menipis, Hina yang bekerja di McD, melihatnya lesu, kemudian menghampirinya dan memberikannya burger gratis. Hodaka tentu sangat senang, menurutnya burger yang diberikannya itu adalah makanan yang terenak yang pernah ia makan selama 16 tahun atau seumur hidupnya. 

saat Hina memberikan burger McD untuk Hodaka

BigMac dari Hina



Suatu hari, ketika Hodaka sedang di jalan, tidak sengaja bertemu kembali dengan Hina. Namun, kondisinya pada saat itu, Hina sedang dalam situasi yang sulit dengan dua laki-laki dewasa yang terlihat tidak baik mengarahkannya masuk ke suatu gedung. Melihat hal tersebut, Hodaka mencoba menariknya kabur dari mereka. Namun gagal, Hodaka terancam dihabisi oleh mereka, kemudian Hodaka mengeluarkan pistol yang ia temui di suatu tempat dan menembakkannya ke langit. Hodaka tidak menyangka jika pistol tersebut ternyata asli. Langsung saja Hodaka bergegas membawa Hina pergi. 

Hodaka yang terancam, kemudian mengeluarkan pistol yang ia temukan di jalan secara tidak sengaja



Ternyata Hina kehilangan pekerjaannya di McD yang lalu, kemudian mencoba mencari pekerjaan baru dan bertemu dengan dua laki-laki tersebut. Mengetahui bahwa Hina adalah seorang gadis cerah, Hodaka mengusulkan suatu bisnis bersama berupa penawaran jasa mencerahkan cuaca. Baru saja iklan diunggah, permintaan sudah berdatangan. 

saat Hodaka berdiskusi terkait rencana bisnisnya, kemudian Hina mengenalkan Hodaka kepada adiknya, Nagi



Ada yang meminta agar dicerahkan cuacanya karena hujan yang terus turun menyulitkan para pedagang di pasar mendapatkan pelanggan, ada yang memanggil agar hujan berhenti dan acara kembang api bisa dijalankan, ada juga yang memanggil agar dapat melaksanakan kegiatan outdoor, dan seterusnya. Dengan demikian, Hina dapat memiliki uang untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus mencari pekerjaan baru lagi. 

saat bekerja mencerahkan langit


keceriaan Nagi, Hina, dan Hodaka saat bekerja

Momen ketika Hina berdoa menghentikan hujan agar langit menjadi cerah



Hal yang mengejutkan terjadi, tubuh Hina perlahan-lahan transparan dengan pemandangan langit. Hina mengetahui bahwa pekerjaannya mencerahkan cuaca, bernasib buruk untuknya. Sebagai gantinya, Hina harus mengorbankan dirinya ke langit. Di suatu malam, Hina benar-benar terangkat ke langit. Paginya, Hodaka dan Nagi mencari-carinya. Nagi bermimpi melihat kakaknya pergi ke langit. 

perlahan-lahan bagian tubuh Hina menjadi transparan

Hina terangkat ke langit



Sebelumnya padahal Hodaka berdoa pada Kamisama (dewa-dewa) agar hidupnya saat ini bersama Hina dan Nagi sudah cukup, dan memohon agar jangan diambil. Betapa sedihnya ia, ketika tahu bahwa Hina sudah di langit. Lebih sedihnya lagi, Nagi ketahuan hidup tanpa wali, Hina sebagai kakaknya masih dinilai di bawah umur, sehingga Nagi dipaksa ikut ke dinas sosial. Sementara, Hodaka terus dikejar oleh polisi akibat rekaman cctv yang memperlihatkan dirinya sewaktu menggunakan senjata api sembarangan. 

Singkat cerita, Hodaka berhasil menjemput Hina ke langit dan kembali membawanya pulang ke bumi. Namun, Hodaka harus menjalani masa percobaan penahanan selama 3 tahun, Hodaka diwajibkan kembali ke kampung halamannya dan melanjutkan masa sekolahnya yang belum selesai. Setelah selesai masa percobaan, Hodaka kembali ke Tokyo untuk menemui Hina.




Aku sangat menyukai karakter Hina, Hodaka, dan Nagi di anime ini. Hina memiliki ketulusan dan kebaikan hati yang tak tertandingi. Hina rela mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan orang lain dimana orang-orang pada saat itu sangat menginginkan cuaca cerah. Hina pernah bertanya sambil tersenyum pada Hodaka, "apakah kamu juga menginginkan cuaca cerah?". Hina juga ingin melakukan sesuatu agar Hodaka bahagia. Selain itu, Hina juga mengorbankan masa remajanya dengan bekerja serabutan agar bisa menghidupi adiknya. 

Yang aku sukai dari karakter Hodaka adalah kesetiaan, penyayang, dan bertanggung jawab. Hodaka tidak membiarkan Hina mengalami kesulitan. Segala cara Hodaka lakukan agar dapat membantu Hina. Ketika Hodaka memiliki pilihan untuk kembali ke kampung halaman, Hodaka lebih memilih kabur bersama Hina dan Nagi ketika mereka juga harus pergi dari rumah sebelumnya agar tidak tertangkap dinas sosial. 

Sisi dirinya yang penyayang dan bertanggung jawab diperlihatkan ketika tanda-tanda Hina akan pergi, Hodaka mengatakan kepada Hina untuk berhenti menjadi gadis cerah, mungkin dengan berhenti, perlahan-lahan tubuh Hina yang transparan dapat perlahan-lahan menghilang. Hodaka bahkan menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, "biar aku saja yang mencari nafkah, aku ingin tetap hidup bersama kalian". Segitu sayangnya Hodaka hingga menjanjikan hal tersebut. Hal ini juga dilandasi sikap tanggung jawabnya atas rasa bersalahnya karena telah mengajak Hina berbisnis menawarkan jasa mencerahkan cuaca yang tidak pernah diduga bahwa justru pekerjaan tersebut merenggut raga Hina perlahan-lahan. 

Ketika Hodaka berhasil mengajak kembali Hina kembali ke bumi, Hodaka meyakinkan Hina bahwa tidak mengapa berhenti menjadi gadis cerah. Biarkan kota terus mengalami cuaca buruk ini. Memang pada dasarnya cuaca ya harus dilewati. Hodaka hanya ingin terus hidup bersama Hina dan adiknya. Dan, benar saja cuaca hujan yang turun terus-menerus tidak kunjung berhenti selama tiga tahun. Namun, menurut orang yang sudah tua, hal ini bukanlah suatu hal yang aneh, Tidak ada perubahan cuaca, hanya Tokyo kembali seperti dulu saja. Jadi, Hina tidak perlu merasa bersalah, Hina sudah waktunya memikirkan kebahagiaan diri sendiri.

Sementara yang aku sukai dari Nagi, adik laki-lakinya Hina yang masih usia SD, pemikirannya sudah jauh, sangat dewasa dan pengertian. Nagi sangat memahami kegigihan kakaknya untuk merawatnya. Sehingga jauh di lubuk hatinya menginginkan agar kakaknya dapat hidup lebih baik. Nagi juga turut membantu sewaktu Hina dan Hadoko melakukan pekerjaan mencerahkan cuaca tersebut. 

Dengan demikian, yang aku petik dari anime Tenki no Ko ini adalah soal kegigihan, ketulusan, kesetiaan, tanggung jawab, dan pengertian yang patut dicontoh. Ketiga sosok 'broken home' yang berjuang bersama-sama untuk menjalani hidup, tanpa mengeluh, menerima dengan ikhlas, dan terus kuat maju ke depan, sungguh sangat menginspirasi dan telah memberikan suatu insight yang sangat powerful untukku, seorang anak 'broken home' pemula. Aku masih harus banyak belajar untuk tidak terus terjebak dalam kesedihan, menerima keadaan dan segera maju ke depan. Hina chan to Nagi kun dekiru kara, Nururu chan mo dekimasu yoo! Kalau Hina dan Nagi aja bisa, kamu juga bisa nurul! 

Makoto Shinkai, anime tsukuru ni, arigatou gozaimasu! 

Hina senpai, hirameki ni honto ni arigatou! 

Jaa, Nururu chan, sekai ni, ganbareee!

Saturday, March 18, 2023

How to Handle People with Depression



Disclaimer: what I wrote below is based on what I experienced, not based on scientific data.


As one of the people with depression, I easily feel sad at random time even with a thing that normal people may think that the issue is not a big deal.

When people with depression is trying to disclose the feeling, what they want is only one thing: VALIDATION. To validate what they feel is okay. It is okay to feel sad even due too a simple thing. Try to put yourself in their shoes, imagine their shoes in their ruined situation. Never try to compare your shoes with them, it's totally different. Like yours is a sunny day, everything is okay, theirs are rainy day with and extreme storm, every thing is ruined. Thus, it is completely opposed. To have the empathy is what they want. 

I know, as a normal people with no big issue in your life or perhaps you do have problem but you  already successfully resolved your problem, you would like to give advice, or to be more heartless you want to judge their feeling that it is not valid. As you may think that the problem is not that big, so you ask them not to mind it and move forward.

That's not what we want. Please, don't do that. If you invalidate our feeling, what happen next is not what you expect, I know you expect us to move forward to forget the sadness and be happier, but what really happen is your judgement instead makes us more depressed, we started to question our own feeling, become less confident, and may be crazy. Because we felt like what we see, people don't see it, as if we are a liar or just being hallucinated. Are we crazy? No one trusts us? No one understands us? How come our feeling is incorrect?

Please, don't do that. We just need your agreement for what we feel. If you also see what we see, trust me, we are very happy to have you. Because that's what we want. We want you to be with us when we are down. We don't need your judgement, we just need your presence, so we don't feel alone. Just do that, please, if you want to make us happy, get rid your own judgement, validate our feeling. 

One more thing, even it is better if you can say:

"If you want to cry, don't hold back. It's okay, just let it out. Either it is a small matter that makes you wanna cry, please don't hold back. Probably you are tired, or even you don't know why you want to cry. It's okay, it's a normal thing. Maybe, you are exhausted, exhausted with small things that happen today. If by crying will help you feel better, please cry. Because it means that you have tried to endure, tried to succeed, tried with all your heart. However, indeed, not all the things goes as what we expect. It's okay to feel disappointed, because unexpected thing may occur any time and you must be ready for that. Soon or later, the situation for sure will get better. Please don't worry, because you are strong and will smile again :)" -quoted from @yonmarhanggara 


We understand that not all the people know how to give empathy to the people with depression. We also noted that one and forgave them. Therefore, I wrote this, to enlighten you who might not know how to handle the people with depression, so you will not hurt your friend, family, or the people you know with depression, won't you? I truly understand that you never want to hurt them, instead you have a kind heart to help them escape from the inconvenient feeling. Now, you know how to, so don't get it wrong as how I told you above.

Really appreciate your reading toward my post, and please spread my message to the kind people who might not now how to react to the people with depression. Just don't leave us, be with us, validate our feeling, and please don't judge. 

Really thank you for visiting my blog! Have a nice day!

Thursday, March 16, 2023

Spoiler Alert: Suzume No Tojimari (Jangan Dibaca Kalau Ga Mau Spoiler)

Sebetulnya udah feeling kalo hari ini ga tayang lagi di XXI Margocity Depok. Bener aja pas cek jadwal tayang, ga ada jadwal untuk tanggal 16 Maret 2023, terakhir kemarin tanggal 15. Tadinya udah nyerah, coba googling lagi, eh lupa kalo bioskop kan ga cuma XXI wkwkwk. Alhamdulillah masih tayang di Cinepolis. Langsung lah kusikat tiketnya yang pukul 12:30. Aku beli tiket online, padahal dalam hati, sedikit melarang, jangan deh, beli langsung aja, takut telat. Tapi, sudah aku beli online pada akhirnya.

Bener aja, aku kelamaan telfonan sama kakak ipar, yang tadi rencananya mau berangkat jam 12:10 dari kosan, jadi baru berangkat 12:20. Wah bener-bener nih si Nurul, kelakuan kalo agendanya untuk diri sendiri suka ngaret, selain pernah ketinggalan kereta, aku juga pernah ketinggalan pesawat. Tapi kalo agendanya sama orang lain, aku bisa tepat waktu, meski kadang-kadang telat dikit. Anehnya lagi, pas di Jepang, aku bisa loh on time bahkan datang lebih dulu.

Kayaknya gini deh, di Jepang aku bisa on time, karena aku ga mengalami kekecewaan kalau datang on time, karena hampir semuanya on time, jadi ga merasa sendiri. Istilah "on time" di Jepang itu, kalau janjian jam 1, on time-nya jam setengah 1. Nah kalau di Indonesia ya, on time-nya jam 1, lalu ada toleransi 15 menit. Jadi, aku bisa ngikutin on time di Jepang, karena yang lain juga on time. Kalau di Indonesia, aku coba on time, seringnya jadi sendirian, jadi mending on time mepet juga dah, biar udah rame. 

Tapi, kalau agenda sendiri ya, suka banyak excuse dan insecure. Excuse-nya kayak kan ga ada yang nungguin aku ini, agendaku sendiri, insecure-nya tuh kayak duh males banget kalo dateng kecepetan, takut lama nunggu sendirian ga ada temen, nanti-nanti aja deh. Atau pas lagi mau ke stasiun, males kepagian ke stasiunnya, males nunggunya kelamaan. Tapi seringnya, bukannya on time, malah telat muluuuu. Dasar Nuruuulll. Ga belajar-belajar setelah ketinggalan pesawat. 

Mengejar jam 12:30 dalam waktu 10 menit jalan kaki dari kosan ke Cinepolis Detos, nampak mustahil. Tapi ya udah lah yaa, udah kepesen juga tiketnya. Aku jalan cepat sambil lari-lari dikit keringetan, aku estimasi perjalanan mungkin butuh 15 menitan, pasti telat nih. Pas cek jam di hp saat nunggu lift, ga nyangka aku cuma spent 10 menit. Suatu keajaiban >.<. Sampai di Cinepolis, mbanya bilang masih belum mulai, masih iklan. Alhamdulillahhhh hehehe. 

Tadinya udah pasrah kalo nontonnya udah kepotong, sebenernya agak ga rela dan menyalahkan diri sendiri sih kalau beneran telat, mana enak nonton ga dari awal, kalau kelewat dikit kan jadi ga konek sama ceritanya secara utuh. 

Jadi begitulah ceritanya yaa, jangan ditiru berangkatnya mepet. Ga usah dengerin insecurity soal khawatir nunggu lama, sendirian, dan lain-lain, yang penting itu jangan sampai ketinggalan. Yang rugi kalo ketinggalan kan diri sendiri. Terus kalo emang udah feeling akan telat, beli langsung aja deh, supaya kalau emang telat, beli tiket yang jam berikutnya aja. 

Tayangan pertama-tama bikin hatiku senang melihatnyaa, digambar dengan detail, pemandangan laut yang berkelap-kelip kena pantulan sinar matahari siang yang dilihat dari atas bukitnya indah banget. Dimulai dengan adegan Suzume yang lagi berangkat sekolah ketemu ikemen no hito (orang ganteng) kalo kata Suzume wkwk. Ini lebay banget sih menurutku. Penggambaran Suzume seperti bocil anak SMP, ketemu Souta yang dibilang ganteng sama Suzume, ukuran om-om kalau kesan pertamaku ya.

Ternyata pas jalanin ceritanya, Suzume bukan anak SMP, tapi anak SMA kelas 2 dan Souta anak kuliahan tahun keempat. Ini pendapat pribadi yaa, penggambaran Suzume dan Soutanya kurang pas, seperti yang tadi aku bilang, Suzume SMA kelas 2 SMA tapi potongannya kayak bocil SMP, sementara Souta yang masih anak kuliahan, tapi udah kayak om-om. Kan, jadi pas adegan pertama Suzume ketemu sama Souta, jadi ga relate aja gitu sama dunia nyata, bocil SMP suka sama om-om. Ada sih tapi, mmm gimana gitu yah. 

Suzume


Souta


Tapi kalo emang SMA anak kelas 2 dan anak kuliahan masih oke lah ya, dari segi cerita masih nyambung, tapi dari penggambarannya, kurang pas menurutku. Maap-maap, baru spoiler aja udah mengkritik. Seterusnya, kritikanku pasti dibayang-bayangi sama pengalamanku nonton Kimi no Nawa. Kalau di Kimi no Nawa, Usia Taki dan Mitsuha yang sama-sama masih usia sekolah, pas sama penggambarannya. Jadi aku suka. 

Btw penggambaran Suzume yang terkesan bocil itu adalah apa yang aku lihat pertama kali pas tayang ya, tapi selanjutnya seiring berjalannya cerita dan Suzume pakai baju bebas yang bukan baju sekolah, baru keliatan aura anak SMA-nya. 

Terlepas dari hal itu, seperti biasa anime yang dibuat Makoto Shinkai ini dibuat dengan detail. Aku jadi bisa merasakan suasana aslinya di sana. Bikin aku tersentuh, aku jadi teringat lagi momen-momen di sana, membuat aku makin rindu Jepang. Di antaranya, scene dimana peringatan gempa langsung tersambung di hp setiap penduduk. Itu aku alamin banget, terutama ketika terjadi gempa 6an SR di Sapporo, itu bikin aku deg-degan tiap kali dapat alert di HP, dan bener aja beberapa detik kemudian muncul gempa-gempa itu. 

Kecanggihan teknologinya dan caranya bisa mendistribusikan informasi secara cepat kepada seluruh penduduk bahkan ke macam aku yang cuma penduduk sementara, itu keren banget. Suatu teknologi yang belum juga diterapkan di Indonesia. 

Jadi bagusnya cerita dari Suzume ini, berhasil membuat aku paham terkait fantasi yang diceritakan, dimana bencana-bencana yang terjadi di Jepang yang kaitannya dengan gempa diakibatkan oleh cacing raksasa yang keluar melalui pintu-pintu. Suatu pintu yang menjadi gerbang masuk dari kehidupan dunia dan akhirat. Cacing-cacing ini berasal dari alam bawah akhirat, yang kalau keluar lewat pintu,  memasuki alam dunia, dan jika berhasil jatuh ke bumi, maka gempa akan terjadi. 

Souta adalah seorang 'penutup' yang bertugas menutup pintu-pintu gerbang tersebut, untuk mencegah cacing jatuh ke bumi. Selain penutup, terdapat dua batu kunci yang menjadi penjaga agar cacing tidak berhasil keluar. Kesalahan terjadi sewaktu Suzume mengikuti Souta saat mencari pintu. Suzume saat itu membuka pintunya, lalu karena kepo, ga sengaja menarik batu kunci, akibatnya batu kunci tersebut terlepas dan berubah menjadi kucing yang menggemaskan, disebutnya Daijin.

Pintu yang dibuka Suzume

Suzume, Souta, Kursi, dan Cacing Raksasa



Akibatnya cacing raksasa dengan mudah keluar dari pintu, di situ Souta bersusah payah menutup pintunya hingga akhirnya mengalami luka-luka, dibantu Suzume dan akhirnya berhasil menutupnya. Suzume mengajak Souta untuk mengobati lukanya di rumahnya. Saat membebet luka Souta dengan perbannya, Daijin muncul, Suzume memberikannya makan. "Suzume daisuki (aku suka Suzume"), "Suzume yasashii (Suzume baik hati)", kata Daijin, "Kimi wa jama (kamu menghalangiku)" mengarahkan perkataan itu kepada Souta, yang akhirnya Souta dikutuk menjadi kursi berkaki tiga punya Suzume. Daijin kemudian berkeliaran keluar setelah membuat kegaduhan. 

Daijin

Suzume berinteraksi dengan Souta yang menjadi kursi

Suzume dan Souta lagi dalam wujud kursi



Rupanya Suzume ingin menjadi perawat seperti ibunya. Ibunya sudah tiada sejak kecil. Suzume diasuh oleh adik ibunya yang belum juga menikah di usianya yang ke 40an, karena fokus merawatnya. Selama pengasuhannya, Suzume merasa terlalu dikekang. Pertemuannya dengan Souta, mendorongnya untuk pergi keluar rumah. Sambil menjalani misinya membantu Souta menutup pintu-pintu yang terbuka  sehingga bencana gempa tersebar di seluruh Jepang.

Suzume sambil membawa Souta dalam wujud kursi, berkeliling Jepang, ke tempat-tempat dimana Daijin berada dimana saat bersamaan pintu gerbang terbuka menyebabkan cacing raksasa serta ancaman bencana gempa menghantui. Dengan perjuangan, pintu-pintu tersebut berhasil ditutup, namun gagal terus menangkap Daijin. Daijin perlu ditangkap agar Souta kembali ke wujud manusia.

Penggambaran latar kejadiannya juga sangat tepat, dengan masa kini. Penelusuran tempat sudah menggunakan smartphone dengan gps, kondisi Tokyo terkini dan belibetnya jalur kereta, halte bus, kafe, penginapan, tepat sekalii. 

Ada satu hal lagi yang relate, tapi lebih relate-nya untuk diriku sih hehe. Suzume kecil masih belum dikasih tau kalau ibunya sudah tiada sewaktu peristiwa tsunami itu, Suzume sambil menangis berkeliling mencari-cari ibunya. "Okaasan wa doko? (ibu dimanaaa?"). Sampai ga sengaja, Suzume ketemu pintu misterius, ketika dibuka, Suzume kecil masuk ke dalam kehidupan akhirat mencari ibunya. 

Singkat cerita, Souta terlalu lama dikutuk menjadi kursi, hingga akhirnya bernasib membeku menjadi batu kunci menggantikan Daijin. Souta berakhir dengan takdir menjadi penjaga pintu dan berada di alam akhirat. Setiap manusia yang masih hidup ketika menemukan pintu gerbang tersebut, hanya bisa melihat tebaran langit indah akhirat, tetapi tidak bisa memasukinya. 

Suzume tentu sangat bersedih ditinggal Souta. Namun, Suzume tidak menyerah, dia mencari cara agar bisa menyelamatkan Souta dan membawanya kembali ke dunia. Suzume menemui kakeknya Souta yang juga seorang 'penutup', tetapi sedang dalam perawatan di rumah sakit. Awalnya kakek meminta Suzume untuk pasrah dan menerima takdir Souta yang sudah tiada di dunia. Namun melihat kegigihan Suzume yang tak takut mati, kakek Souta pun memberikan informasi bahwa ada satu pintu yang bisa Suzume masuki, yaitu pintu yang Suzume kecil pernah memasukinya secara tidak sengaja, yang letaknya ada di kampung halamannya.

Berhasil memasuki alam akhirat, Suzume juga berhasil menyelamatkan Souta. Belum sampai keluar untuk kembali ke dunia, Suzume melihat Suzume kecil yang tersasar sambil menangis tersedu-sedu mencari ibunya. Di situ, Suzume mendekati Suzume kecil dan memeluknya. Mengatakan padanya bahwa 

"Suzume mengerti kamu bersedih, tetapi Suzume kecil, kamu harus bangkit, kamu tidak perlu khawatir dengan masa depan, kamu akan bertumbuh, kamu akan menemui orang-orang baru yang juga akan menyayangimu. Jadi jangan takut."

Ini yang aku maksud relate dengan diriku. Ngga kuat pas scene ini, jleb banget. Karena aku di situasi yang masih kehilangan ibu, dan khawatir dengan masa depan tanpa ibu. Perkataan Suzume dewasa kepada Suzume kecil di atas, aku note banget sih. Tapi tetap ngga semudah itu. Meskipun demikian, aku jadi (sedikit) lebih ada keinginan untuk bangkit. Meski nyatanya masih sulit. Setidaknya, aku note untuk dijadikan consideration lah ya untuk bangkit. Let see. Sekarang aku cuma berusaha menjalani hidup aja gimana waktu membawaku, meski hari-hari sebenarnya masih terasa hampa. 

Terakhir, soundtrack dari RADWIMPS ini suka bangetttt, passsss, sangat menyentuh. Dengerin sendiri deh.

Overall, aku kasih rating 8,5 dari 10. Dibanding Kimi no Nawa aku masih lebih suka Kimi no Nawa, kalau Kimi no Nawa, dari aku 9 yaa. Tapi 8,5 juga bukan angka yang buruk, itu masih dapat A yah. Masih bagus dan recommended untuk ditonton. Buruan nonton, sebelum masa tayangnya berakhir. 

Sekian dulu, spoiler dan review dariku ya. Perlu ditekankan bahwa seluruh ulasanku di atas itu murni pendapat pribadiku ya, sangat mungkin adanya perbedaan pendapat. Mohon maaf kalau ada salah. Terima kasih sudah berkunjung!


Disclaimer: seluruh gambar diambil dari google

Wednesday, March 15, 2023

Banyak Bertanya, Menyebalkan?




Hidup dengan penuh pertanyaan sudah dimulai sejak kecil. Bedanya dulu dan sekarang, di masa kecil, lingkupku sesempit itu. Bapak adalah tipe orang yang suka menjelaskan, jadi ga pernah jengkel kalau aku banyak bertanya.

Di rumah, semua kakak-kakak kebagian pertanyaanku. Aku paling sering bertanya sama bang iman. Ga peduli bang iman baru banget tidur, mata masih merah, aku gangguin terus. Bukannya mengerti kondisi, aku tetep sikat dengan pertanyaan. Untungnya kesabaran abangku tidak setipis tisu.

Karena setiap pertanyaanku selalu dijawab, aku ngga pernah mengalami penolakan. Hingga akhirnya saat tumbuh dewasa dan bertemu banyak orang dengan beragam karakter, aku menyadari bahwa tidak semua orang senang ditanya.

Yang paling membuat trauma adalah pengalaman kerja di kampus, dimana bos geram karena aku banyak tanya. Kena mental lah aku, aku resign. Aku banyak tanya karena instruksinya ngga jelas, jadilah aku tanya sedetail mungkin. Tapi aku ga pernah nyangka kalau itu membuatnya tidak nyaman. Di sisi lain, aku ga bisa kerja kalau ngga jelas. Jadilah, kuundur diri.

Berangkat dari situ, saat wawancara di kantor baru, pertanyaan pertamaku adalah, apakah boleh jika banyak bertanya. Alhamdulillah ga masalah, dan mentorku itu baikkkk sekaliii, tiap hari aku drop pertanyaan dan dijawab dengan sabar.

Insecurity ku sangat kronis. Aku selalu bertanya untuk memperoleh validasi. Bahkan pertanyaan yang sama bisa aku ulang berkali-kali. Ketemulah aku dengan teman yang ga suka dengan pengulangan. Konflik lah ya. Akhirnya dari hasil negosiasi, aku boleh bertanya hal yang sama tapi dua kali maksimal, wkwkwk.

Bahkan ternyata ada juga yang aku tanya, tapi diabaikan, tanpa jawaban sama sekali. Yang ini sakit sih.

Udah tulis panjang-panjang, diread doang.

Ada juga yang awalnya meladeni tapi ternyata muak juga aku tanya-tanya terus. 

Aku jadi belajar, bahwa tidak semua orang suka ditanya, dan juga belajar untuk menyaring pertanyaan.

Jadi, banyak bertanya itu menyebalkan atau tidak, tergantung kepada siapa bertanyanya. Pelajari dulu karakter orang-orangnya.

Kalau aku sih, suka ditanya. Bahkan aku komplain ke keponakan-keponakan, karena ga ada yang bertanya. Padahal tantenya kan bisa bantuin jelasin PR nya. 

Oke, cukup sekian kerandoman malam ini. Kalau ga dipikirin apakah banyak bertanya itu menyebalkan atau tidak, muncul terus pertanyaannya di kepala, pusinggg.
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Tuesday, March 14, 2023

The Easy-to-Break Glass




Nurul,

your glass is made fragile.


For how more times does your glass need to be broken?

In total, you already had 4 broken glasses.


I guess you really know that

when broken, the pieces cannot be united back into the prior glass.


You always need to create new one.

I know that the process is complicated. 


Indeed, you took times.


Now, store your glass in the safest place.

Do not let the people use it.


Those people who ever used your glass,

don't know how to handle it.


They broke it,

they don't value it.


So, they don't feel if it is necessary to take responsibility.


Your glass is not the same as the glass in the shop.

When broken, means to buy.


Your glass,

when broken, nobody cares.


It's only you who know the value.

That's also why it's only you who always sweep the shatter.


Then you created the new one.


But,  still you didn't learn.


You gave it again to the people,

broken again.


Even your Dad, did break your glass.


Don't you feel exhausted?


The current situation is already tiring.

I am afraid if you would pass out. 


Therefore, don't burden your self.

Keep the glass.


But, it doesn't mean you cannot share again with the people.

You can.


But not now.


I hope you learn.


To share it only to the people, 

who can guarantee you not to break your glass.


Even better, if they can guarantee it for your whole life.


I told you this,

because I do care for you.


Take a rest.

Don't faint.