Saturday, September 01, 2012

Kerumitan Mudik: Saatnya Masyarakat Melakukan Perubahan



“Kini saatnya masyarakat membuat perubahan. Jangan berharap pada pemerintah, ...” merupakan ungkapan kritis yang dikatakan oleh Dinna Wisnu, Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi Universitas Paramadina di Jakarta, Jum’at (22/6) terkait sistem politik Indonesia yang korup (www.republika.co.id) dan sekiranya juga merupakan ungkapan yang dapat menampar kerumitan mudik yang tak terpecahkan hingga saat ini. 

Fenomena mudik lebaran yang tak pernah terlewatkan setiap tahunnya dibalik menyiratkan  kuatnya ikatan silaturahmi masyarakat Indonesia dengan kerabatnya juga menyimpan banyak catatan kelam alienasi kemanusiaan. Pemerintah seakan tutup telinga, tidak mau mendengar, dan tutup mulut, tidak mau berbicara, mengenai besarnya angka korban kecelakaan khususnya korban meninggal dunia selama masa mudik tiap tahunnya. 

Pada tahun 2006 di Indonesia, terdapat 437 korban meninggal dunia. Kemudian pada tahun 2007 hingga tahun 2011 berturut-turut terdapat 798, 548, 598, 328, dan 661 korban meninggal dunia. Dan kini pada tahun 2012, jumlah kejadian kecelakaan pada masa mudik Lebaran selama 10 hari hingga Selasa (21/8) berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas Polri adalah sebesar 3.291 yang 574 di antaranya merupakan korban meninggal dunia. 

Meskipun angka korban meninggal dunia tersebut dari tahun ke tahun kadang mengalami penurunan maupun kenaikan. Namun tetap saja angka tersebut tetap terlalu besar bagi sebuah negara yang katanya berperikemanusiaan.

Pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kerumitan mudik di Indonesia 100% karena masalah yang dimiliki oleh Indonesia tidak hanya itu. Pelebaran jalan maupun perbaikan jalan dan sistem transportasi tidak akan benar-benar dapat memecahkan kerumitan tersebut apabila masih terdapat banyaknya faktor human error.

Faktor kelelahan maupun mengantuk saat berkendara yang menjadi faktor utama penyebab kecelakaan dapat diatasi apabila masyarakat mau berubah untuk lebih peduli terhadap keamanan dan keselamatan dirinya. 

Berpikir dua kali apabila ingin mengendarai kendaraan pribadi terutama yang beroda dua. Memperhatikan kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh dalam berkendara menjadi sangat penting apabila tetap memutuskan untuk mengendari kendaraan pribadi. Selain itu, diperlukan pula untuk melakukan banyak istirahat jika merasa lelah. Jangan sampai niat baik berkunjung ke kampung halaman digantikan dengan kabar duka akibat nyawa melayang. 

Chandler Haliburton (1796-1865) pernah mengatakan “Kebahagiaan dari setiap negara lebih bergantung pada watak penduduknya dari pada bentuk pemerintahannya” sehingga apabila masyarakat Indonesia mau melakukan perubahan, tidak hanya kerumitan mudik saja yang terpecahkan bahkan masalah lainnya pun dapat dipecahkan.
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)