Saturday, May 25, 2013

Two Contrary Sides


What is in your opinion about two contrary sides? It's all about a thing which is different. If the the first side is  a truth, the other side is a mistake. If the first side is a honest, the other side is a lie. If the first side is a kindness, the other side is a badness.

Sometimes or maybe every estimations from the people about a person could be contradictory. The people could estimate a person as a good person, and there will be people that estimate that person as a bad person. Who knows which is the rightness. It's only Allah who knows the sincerity of the person.

I hope, everything that I think, everything that I feel, a thing that I give, a message that I mean, appropriate with my hope. It's not about the badness, hopefully the message could be received in the right side. But it's not easy. Every people have their own way to think and interpret There could be wrong message that people receive. But I have to understand, I have to tolerant. Nobody's perfect. About the sincerity of a person, only Allah who knows. So, don't be afraid. Allah always beside you :)
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Sunday, May 12, 2013

Stroke dan TIA, Catatan OGK #2


Stroke merupakan keadaan di mana terjadi kerusakan sel-sel otak akibat iskemia di otak. Mengenai iskemia sejauh pemahamanan saya merupakan suatu gangguan pada kerja jantung akibat kebutuhan akan suplai oksigennya melebihi suplai oksigen yang dibawa oleh sirkulasi darah. Kekurangan suplai oksigen ini bisa terjadi akibat penyempitan pembuluh darah akibat aterosklerosis ataupun trombus. Angina atau rasa nyeri di dada merupakan salah satu gejala terjadinya iskemia ini. 

Yang dimaksud dengan TIA (Transient Ischaemic Attack) merupakan suatu kedaan saat terjadinya serangan jantung.

Kembali lagi berbicara mengenai stroke, pembahasan TIA akan dilanjutkan setelahnya.

Jadi, bisa dikatakan stroke terjadi akibat hipoksia (kadar oksigen dalam darah menurun). Selain karena adanya blok atau sumbatan dari aterosklerosis maupun trombus, stroke ini juga dapat terjadi akibat pecah atau putusnya arteri yang menuju ke otak sehingga mengalami perdarahan dan banyak darah yang keluar lalu tidak dapat mencukupi kebutuhan jaringan otak. Dalam hal ini, bisa dibilang merupakan suatu kondisi yang terjadinya di otak, apabila kekurangan suplai oksigen akibat apapun dan terjadi di otak, menurut saya baru bisa dibilang stroke. Apabila terjadi hipoksianya di lengan misalnya, tidak bisa dikatakan sebagai stroke karena stroke berhubungan dengan gangguan sistem koordinasi yang dijalankan oleh otak. 

Stroke merupakan tiga besar penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia. Oleh karena itu penanganan terkait stroke seperti pencegahan salah satunya perlu untuk diketahui masyarakat Indonesia pada khususnya. 

Stroke dapat diidentifikasi, sebelum terjadi stroke ada penanganannya atau pencegahannya agar jangan sampai benar kejadian terkena stroke. Caranya adalah dengan mengenali gejala-gejala awal (warning sign) akan munculnya strok, dengan menangani gejala-gejala munculnya stroke tentunya dapat mencegah dari terkenanya stroke tersebut. Mengenai penanganan atau manajemen strokenya akan dibahas di bagian akhir.

Terkait stroke, kita perlu mengetahui macam-macam stroke. Berdasarkan penyebab terjadinya stroke, stroke dibagi menjadi 2, yaitu (1) stroke iskemik dan (2) stroke hemorragik. Stroke iskemik merupakan stroke akibat terjadinya iskemia, sementara stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat pecah atau putusnya pembuluh arteri yang menuju ke otak lalu mengalami perdarahan. 

Stroke iskemik merupakan macam stroke yang paling umum di Indonesia. Jadi, stroke ini yang diakibatkan oleh iskemia, terjadi karena adanya trombus atau bahkan embolus. Sementara stroke hemoragik yang sebelum  juga sudah dijelaskan diakibatkan oleh adanya pecah atau putusnya pembuluh arteri yang menuju ke otak, hal ini dapat terjadi akibat terlalu tingginya tekanan darah yang melalui pembuluh tersebut. Bisa dibilang, pasien yang memiliki riwayat hipertensi lebih cenderung terkena stroke dengan jenis stroke hemorragik ini. 

Dampak terjadinya stroke tentu saja adalah adanya gangguan pada sistem koordinasi tubuh, salah satu contohnya adalah mengalaminya kelumpuhan wajah.

Sebagaimana diketahui bahwa bagian otak sebelah kanan mengendalikan anggota tubuh sebelah kiri sementara sebaliknya bagian kiri mengendalikan anggota tubuh sebelah kanan maka apabila terjadi kerusakan pada bagian kanan maka yang mengalami gangguan adalah anggota tubuh bagian kiri dan berlaku pula sebalinya.

Gejala yang dirasakan ketika terkena stroke antara lain: (Hal ini bukan merupakan gejala awal (warning sign) tetapi gejala ketika sudah terkenanya stroke tersebut).
  1. Terjadi rasa sakit kepala yang hebat, bisa datang dengan tiba-tiba. Hal ini dapat terjadi ketika adanya peningkatan pada resistensi perifer sehing meningkatkan pula tekanan intrakranial.
  2. Mengalami gangguan penglihatan, jadi penderita ini akan sulit untuk melihat objek dengan jelas.
  3. Dapat mengalami pusing secara tiba-tiba, sulit berjalan, dan mengalami gangguan keseimbangan.
  4. Rasa bingung yang datang tiba-tiba.
  5. Mengalami masalah atau gangguan dalam berbicara.
  6. Mati rasa pada bagian wajah, lengan, atau kaki secara tiba-tiba. (Misalnya mati rasa pada lengan: ketika memegang gelas tiba-tiba gelasnya jatuh karena tidak bisa mengendalikan lengan akibat mati rasa)
Mengenai stroke ini, kita juga sering melihat bahwa beberapa penderita stroke dapat mengalami kecacatan. Kecacatan ini dapat dihindari apabila mendapatkan penanganan segera dalam waktu 3 jam sejak pertama kali terserang stroke. 

Untuk mengenali gejala awal stroke (warning sign), perlu diketahui adanya F. A. S. T.:
F: Face, ask the person to smile. Pertama kali terkena stroke, penderita ini akan sulit untuk tersenyum.
A: Arm, ask the person to raise both arm. Penderita akan sulit untuk mengangkat lengannya.
S: Speech, ask the person to speak in simple sentence. Penderita akan sulit berbicara dengan lancar.
T: Time, to call hospital. Apabila ketiga gejala awal tersebut yang muncul, maka gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya untuk menghubungi rumah sakit agar mendapatkan penanganan segera untuk menghindari kecacatan.


Beberapa faktor risiko untuk penyakit stroke ini antara lain:
  1. Hipertensi
  2. Diabetes
  3. Atrial Fibrilasi
  4. Penyakit arteri
  5. Anemia sel sabil
  6. Hiperlipidemia
  7. Obesitas
  8. Merokok
  9. Peminum alkohol berat
Jelas hipertensi merupakan faktor risiko untuk penyakit ini karena berhubungan dengan jenis stroke hemoragiknya.

Diabetes merupakan faktor risiko stroke ini terkait dengan sel darah merah, kita tahu seharusnya hemoglobin pada sel darah lebih banyak mengikat oksigen, pada penderita diabetes, hemoglobin banyak yang terglikasi sehingga oksigen tidak lagi banyak diikat oleh hemoglobin melainkan mengikat glukosa. Keadaan ini menyebabkan iskemia sehingga kebutuhan jaringan akan oksigen tidak dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, pada penderita diabetes, adanya glukosa dalam darah dapat menyebabkan viskositas dalam darah meningkat, kekentalan ini dapat memperlambat aliran darah dan memperlambat pula datangnya oksigen ke dalam jaringan yang membutuhkan.

Adanya atrial fibrilasi yang mana kita tahu, menyebabkan aliran darah kadang kuat kadang lemah tidak beraturan, bisa menyebabkan aliran turbulen yang sewaktu-waktu menjadi berbahaya karena dapat mengakibatkan embolus seandainya terdapat plak-plak pada dinding pembuluh, adanya embolus ini tentunya dapat menyumbat saluran pembuluh darah kemudian menyebabkan stroke.

Penyakit arteri khususnya aterosklerosis berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah lalu menyebabkan iskemia dan berlanjut menjadi stroke.

Anemia sel sabit yang mana kita tahu sudah tidak dalam bentuk sel darah merah yang normal, telah kehilangan pula kemampuan mengikat oksigennya dengan baik, berhubungan kembali dengan terjadinya hipoksia lalu iskemia lalu stroke.

Hiperlipidemia, atau peningkatan lipid dalam darah, berkaitan dengan viskositas dan risiko adanya plak pada pembuluh darah yang dapat mempersempit pembuluh darah lalu memperlambat aliran darah.

Obesitas terkait dengan adanya kecenderungan untuk memiliki penyakit yang lain seperti diabetes, aterosklerosis, dan hal lainya sehingga cenderung juga terkena penyakit stroke ini.

Seseorang yang merokok, dapat memicu terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darahnya akibat adanya kandungan nikotin pada rokok tersebut. Adanya penyempitan pembuluh darah dapat menghambat aliran darah. 

Alkohol dalam jumlah besar dapat menyebabkan vasokonstriksi pula, oleh karena itulah peminum alkohol ini merupakan salah satu faktor risiko penyakit stroke.


TIA memiliki hubungan dengan stroke. TIA ada yang mengatakan merupakan serangan jantung, Empat puluh persen penderita TIA biasanya merupakan penderita stroke. Jadi bisa dikatakan TIA ini merupakan kelanjutan dari stroke. Oleh karena itu penanganan atau manajemen TIA ini adalah dengan melakukan penanganan atau manajemen stroke. 

Manajamen stroke dibagi menjadi dua yaitu (1) preventif dan (2) terapi.

Kegiatan preventifnya adalah dengan mengenali gejala-gejala awalnya, lalu segera mengatasinya, agar dengan demikian dapat menghindari terserang stroke.

Pencegahan atau preventionnya dapat dilakukan dengan hal berikut:
  1. Mengontrol tekanan darah, setidaknya memeriksa tekanan darah ini minimal satu tahun sekali, apila didiagnosis mengalami hipertensi, segera lakukan manajemen hipertensi agar tidak berlanjut ke iskemia lalu stroke.
  2. Periksa ada atau tidaknya atrial fibrilasi, karena atrial fibrilasi diketahui dapat meningkatkan risiko stroke 4-6 kali lipat lebih besar dibandingkan penyebab yang lain.
  3. Menghentikan merokok bagi yang terbiasa merokok.
  4. Hentikan pula kebiasan meminum-minuman beralkohol.
  5. Memeriksa kadar kolesterol dalam plasma.
  6. Memeriksa gula darah.
  7. Berolahraga secara teratur.
  8. Mengonsumsi makanan rendah garam dan lemak. Dengan konsumsi rendah garam, karena tingginya kadar garam dapat menyebabkan hipertensi akibat adanya retensi garam.
  9. Mengenali gejala stroke lainnya.
Manajemen terapi dilakukan apabila terjadi stroke yang akut. Majamen ini dibagi menjadi 2: (1) untuk yang stroke iskemik dan (2) untuk yang stroke hemorragik.

Untuk yang stroke iskemik dapat diintervensi dengan obat yang mengandung tPA (tissue Plasminogen Activator). tPA ini dapat mengakifkan proses fibrinolisis apabila ditemukan adanya trombus akibat dipicu oleh adanya agregasi trombosit.

Manajemen terapi untuk yang stroke hemorragik adalah dengan pembedahan, pembedahan ini sangat berisiko. Tingkat kesulitannya tergantung lokasi terjadinya perdarahan.

Untuk pasien yang dapat pulih dari strokenya dapat melakukan manajemen terapi berikutnya yang bersifat preventif yaitu untuk mencegah munculnya stroke kembali yaitu dengan obat-obatan yang bersifat antikoagulan atau antiplatelet. Yang bersifat antikoagulan misalnya warfin, sementara yang bersifsat antiplatelet misalnya aspirin.

Mengenai manajamen strok ini, ada data yang menunjukkan beberapa fakta berikut:
  1. 10% penderita dapat pulih secara lengkap tanpa mengalami kecacatan.
  2. 25% penderita dapat pulih namun dengan adanya disabilitas minor.
  3. 40% penderita dapat pulih dengan disabilitas sedang hingga berat dan memerlukan perawatan spesial.
  4. 10% penderita memerlukan perawatan jangka panjang.
  5. 15% sisanya meninggal dengan segera setelah stroke. Berdasarkan jenis kelamin, 60% yang mengalami ini adalah wanita sementara 40% sisanya adalah pria.
Demikian penjelasan mengenai strok dan TIA berdasarkan apa saja yang saya dengar dari dosen di kelas. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Saya dengan senang hati apabila mendapatkan saran perbaikan. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya :D

Saturday, May 11, 2013

Catatan Praktikum Farmakognosi #4

Pada tanggal 4 Maret 2013, saya kembali mengikuti kelas praktikum farmakognosi yang keempat. Pada praktikum tersebut kebetulan saya berkesempatan untuk menjadi salah satu responsernya. Teman saya, Arifa, membawakan materi responsi mengenai Strobilanti Folium dan Thymi Herba, setelah itu dilanjutkan oleh saya, membahas mengenai Phyllanthi Herba dan Centella Herba.

Sebelumnya kita perlu mengetahui mengenai herba secara umum terlebih dahulu.

Mengenai herba, sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa berdasarkan berkayu atau tidaknya batang dan tinggi pertumbuhannya, tumbuhan dibagi menjadi 3, yaitu herba, semak, dan pohon. Tumbuhan yang tingginya kurang dari satu meter dan batangnya tidak berkayu atau dengan kata lain tidak memiliki batang yang jelas di atas permukaan tanah, maka disebut sebagai herba. Tumbuhan yang tingginya tidak lebih dari enam meter dan batangnya berkayu, maka disebut semak. Dan tumbuhan yang tingginya dapat mencapai lebih dari enam meter dan batangnya berkayu, maka disebut pohon.

Sementara berdasarkan buku panduan praktikum yang saya miliki, yang dimaksud dengan herba adalah bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Berbeda dengan pengamatan simplisia yang sebelum-sebelumnya, fragmen mikroskopik herba secara umum dapat mengacu ke bagian lain dari tumbuhan seperti batang, daun, bunga buah, dan bagian-bagian dari buah, dengan kata lain, fragmen yang diamati merupakan campuran dari berbagai bagian dari tumbuhan tersebut.

Baiklah langsung saja dibahas mengenai pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik untuk keempat simplisia mulai dari Strobilanti Folium, Thymi Herba, Centella Herba, dan Phyllanthi Herba. Dibahas juga mengenai folium sedikit, karena memang pada saat praktikum tersebut melakukan pengamatan tersebut juga, namun yang lebih menjadi perhatian adalah herbanya.

Pertama, Strobilanti Folium atau disebut juga Daun Kejibeling, berasal dari tanaman Strobilanthes crispus Blume, dari famili Acanthaceae


Secara makroskopik, serbuk yang saya amati tersebut berwarna hijau tua segar dan berbau namun tidak terlalu menyengat. Simplisia ini berasal dari daun tanaman yang merupakan daun tunggal dan bertangkai pendek. Helai daunnya berbentuk jorong sampai bundar memanjang, tepi daunnya bergerigi, dan rasanya aga sepat dan agak pahit.

Secara mikroskopik, ada sekitar 4 fragmen spesifik yang seharusnya dapat diamati, antara lain (1) rambut penutup, (2) sel epidermis yang berbentuk segiempat, (3) terdapat kristal oksalat prismatik, dan (4) adanya sistolit.

Pada kesempatan tersebut, hanya 3 fragmen yang dapat saya amati, yaitu yang diperlihatkan pada gambar berikut:


Kedua, Thymi Herba. Berasal dari tanaman Thymus vulgaris, dari famili Labiatae.


Secara makroskopik, bisa dilihat sendiri di dalam gambar di atas, herba ini memiliki batang yang bercabang-cabang dan pada ujungnya terdapat bunga. Bunganya ini berwarna merah dan berbau harum. Sementara daunnya berukuran kecil, bertangkai pendek, tetapi lebar. Warna serbuk simplisia yang saya amati ini berwarna hijau kecoklatan tua.

Secara mikroskopik, fragmen spesifik yang paling mudah diamati antara lain (1) polen, (2) rambut penutup, (3) rambut kelenjar, dan (4) rambut penutup dari epidermis bagian calix. Seharusnya fragmen spesifik lainnya yang dapat diamati antara lain stomata tipe diasitik dan bentuk spesifik epidermis dari corolla.


Ketiga, Centella Herba, berasal dari tanaman Centella asiatica (L) Urban, dari famili Umbelliferae.


Secara makroskopik, herba ini memiliki bentuk daun bulat lonjong dan tepinya bergerigi. Sementara bentuk serbuk simplisianya, serbuk tersebut berwarna hijau kehitaman dan tidak terlalu berbau.

Secara mikroskopik, fragmen spesifik yang paling jelas adalah bentuk rambut penutupnya yang besar dan ramping.


Tidak banyak yang dapat saya ceritakan terkait Centella Herba karena memang saya tidak menemukannya di panduan praktikum, informasi yang saya dapatkan hanya dari googling dan data dari senior.
Keempat, Phyllanthi Herba (Herba Meniran), berasal dari tanaman Phyllanthus niruri L, dari famili Euphorbiaceae.


Secara makroskopik, dapat ditunjukkan melalui gambar secara kasat mata, jelas seperti daun majemuk. Namun kenyataannya, daun meniran ini, bukan termasuk golongan daun majemuk, melainkan daun tunggal. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada daun majemuk, di ketiak-ketiak cabangnya tidak mungkin muncul bunga yang kemudian dapat berkembang menjadi buah. Pada ketiak-ketiak cabang daun meniran ini ternyata pada waktu-waktu tertentu dapat mengeluarkan bunga yang dimaksud tersebut, sehingga dengan alasan tersebutlah daun meniran termasuk ke dalam daun tunggal.

Secara mikroskopik, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat saya lihat adanya 3 fragmen spesifik, antara lain fragmen kulit biji, fragmen kulit buah, dan adanya kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan roset pada jaringan mesofil.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :D




Wednesday, May 08, 2013

Penetapan Kadar Asam Sitrat Secara Asam Basa

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas salah satu materi saat praktikum ABBF pada semester 4 ini. Mau tau berapa nilai praktikum saya? Mau tau aja atau mau tau banget?


35, yak, itulah nilai yang saya peroleh. Hampir 90% teman-teman saya di kelas tersebut juga mendapatkan nilai yang sama. Kesalahan saya saat itu adalah, menggunakan gelas ukur untuk setiap pengambilan volume yang dibutuhkannya. Penggunakan gelas ukur merupakan kesalahan yang besar dalam menetapkan kadar secara volumetri. Karena ketelitiannya kurang baik, yang seharusnya digunakan adalah pipet volume. Ingat baik-baik ya kawan, apabila akan menetapkan kadar secara titrasi, hindari penggunaan gelas ukur, gunakanlah pipet volume yang memiliki ketelitian lebih besar dibandingkan gelas ukur.


Dalam praktikum tersebut, larutan asam sitrat merupakan titrat yang sudah sangat jelas telah disebutkan sebelumnya yaitu larutan yang akan ditetapkan kadarnya. Sementara titrannya merupakan larutan NaOH. Karena titik akhir titrasinya sulit untuk diamati maka perlu ditambahkan dengan indikator yang mana dalam hal ini indikator yang digunakan adalah indikator phenolftalein (pp). Bagi yang tidak mengetahui apa itu titrat dan titran, keduanya merupakan istilah yang biasa digunakan dalam metode titrasi, titrat merupakan larutan yang akan dititrasi (biasanya yang berada dalam erlenmeyer), sementara titran merupakan larutan yang mentitrasi (yang sudah diketahui normalitasnya dan biasanya berada dalam buret). 

Jadi, dalam hal ini sekali lagi, tujuan praktikumnya adalah memperoleh kadar larutan asam sitrat. Sebelumnya, yang paling jelas dari hasil titrasi ini adalah diperolehnya normalitas dari larutan asam sitrat ketika telah diketahuinya volume dari larutan asam sitrat itu sendiri, volume larutan NaOH, dan Normalitas dari NaOH. Sebagaimana persamaan di bawah ini yang seringkali diingat ketika SMA:


Ya, persamaan molaritas dikali volumelah yang sering saya ingat ketika SMA. Tetapi persamaan tersebut menyebutkan molaritas bukan normalitas. Molaritas berbeda dengan normalitas. Saya yang waktu pertama kali kuliah lebih familiar dengan molaritas menjadi bingung, ketika ternyata yang akan biasa digunakan saat praktikum adalah normalitas. 

Normalitas telah memperhitungkan jumlah mol kation atau anionnya. Sementara molaritas belum memperhitungkan jumlah mol kation atau anionnya tersebut sehingga nilai molaritas dan normalitas dari asam sitrat yang yang jumlah molnya 0,5 dan volume larutannya 1 L akan memiliki nilai molaritas sebesar 0,5 M tetapi akan memiliki nilai normalitas sebesar 1,5 N. karena:


jumlah valensi kation dari asam sitrat sebagai mana kita ketahui adalah 3. Jadi jelas normalitasnya menjadi 0,5 x 3 = 1,5 N.

Pengetahuan mengenai normalitas ini akan berguna pada penjelasan selanjutnya.

Langsung saja kembali ke topik awal. Di bawah ini saya akan menjelaskan keseluruhan hal-hal yang berkaitan dengan praktikum kali ini yang sumbernya berasal dari "Buku Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif Edisi Kedua" yang diterbitkan oleh Departemen Farmasi UI tahun 2007. 

Tujuan praktikum, ada 2. Selain memperoleh kadar larutan asam sitrat, perlu untuk diketahui normalitas dari larutan NaOH itu sendiri sebagaimana kita ketahui bahwa NaOH merupakan baku sekunder yang perlu dibakukan dengan baku primer terlebih dahulu yang dalam hal ini menggunakan KHP (Kalium Hidrogen Phtalat) sebagai baku primer.

Prinsip titrasi asam basa ini adalah terjadinya reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, yang mana ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH- dari basa membentuk molekul air yang netral (pH 7). Reaksi inilah yang terjadi saat pembakuan larutan NaOH menggunakan KHP dan reaksi penetapan kadar larutan asam sitrat dengan larutan NaOH. 

Hal yang pertama dilakukan sekali lagi adalah melakukan pembakuan larutan NaOH menggunakan KHP. 
Alat yang dibutuhkan antara lain (dalam keseluruhan praktikum ini):
  1. Buret mikro 10 ml dilengkapi dengan statif dan klem
  2. Erlenmeyer 100 ml
  3. Beaker glass 100 ml
  4. Pipet tetet
  5. Pipet volume 
  6. Botol semprot
  7. Kertas perkamen
  8. Timbangan analitik
Sementara bahan yang diperlukan antara lain:
  1. Larutan NaOH 0,1 N
  2. Larutan asam sitrat
  3. Indikator pp
  4. KHP
  5. Aquadest bebas CO2
Cara kerjanya antara lain:
  1. Keringkan KHP selama 2 jam pada suhu 120 derajat celcius di dalam oven, kemudian dinginkan dan simpan di dalam desikator.
  2. Timbang dengan seksama 50-60 mg KHP.
  3. Masukkan KHP tersebut ke dalam erlenmeyer 100 ml, larutkan dengan menggunakan air bebas CO2, kocok hingga larut sempurna.
  4. Tambahkan 3 tetes indikator pp, lalu kocok hingga homogennn, tutup erlenmeyer dengan plastik.
  5. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N, kemudian atur volumenya hingga batas 0,00 ml.
  6. Lakukan titrasi hingga tetap terjadi perubahan warna indikator pp (dari tidak berwarna menjadi merah muda). Ulangi percobaan sebanyak 2 kali.
  7. Hitung normalitas NaOH tersebut.
Berikut merupakan hasil pengamatan dan hasil perhitungannya.


Setelah mendapatkan normalitas dari larutan NaOH, kemudian segera dilanjutkan dengan penetapan kadar asam sitrat, yang caranya adalah sebagai berikut:
  1. Terlebih dahulu cukupkan volume larutan asam sitrat yang diberikan dengan menggunakan air bebas CO2 hingga garis pada labu ukur, kocok hingga homogen.
  2. Pipet 10,0 ml larutan di atas, kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan 20 mL air bebas CO2, tambahkan 3 tetes indikator pp, kocok hingga homogen.
  3. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N yang sudah dibakukan kemudian atur volumenya hingga batas 0,00 ml.
  4. Lakukan titrasi sampai tepat terjadi perubahan warna indikator pp menjadi merah muda. Ulangi percobaan ini triplo.
  5. Hitung kadar larutan asam sitrat.
Sekiranya, begitulah caranya memperoleh kadar larutan asam sitrat menggunakan titrasi asam basa tersebut. Secara sekilas juga sudah jelas mengenai hal normalitas.

Penentuan normalitas NaOH berdasarkan yang sebelumnya diperlihatkan bukan berdasarkan:

Sebenarnya masih berkaitan dengan persamaan di atas, hanya saja NKHP x VKHP dijadikan sebagai ekivalen KHP. ekivalen/L dikali L akan sama dengan ekivalen bukan?

Kemudian ekivalen KHP itu sendiri diuraikan kembali menjadi persamaan massa KHP dibagi dengan BE (Berat Ekivalen, kalau tidak salah, BE = MR/valensi yang satuannya adalah gram/ekivalen).


Jadi dalam hal ini, perhitungan N NaOHnya adalah sebagai berikut:


Jangan percaya 100% dengan saya ya ^^V. Coba dicari dari literatur yang terpercaya atau tanya langsung ke dosen hehe.

Oh iya, berikut merupakan data hasil pengamatan penetapan kadar dan hasil perhitungannya:


Kurang lebih, hanya demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat. Terima kasih banyak atas kunjungannya :D