Sunday, March 17, 2013

Iodimetri dan Iodometri

Sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa Iodimetri dan Iodometri termasuk ke dalam jenis titrasi redoks. Lalu apa yang dimaksud dengan titrasi redoks?

Yang dimaksud dengan titrasi redoks adalah metode analisis kuantitatif yang didasarkan atas terjadinya reaksi redoks antara larutan titran (sebagai oksidator) dengan larutan titrat (sebagai reduktor) yang mana dalam hal ini digunakan pula indikator redoks yang sesuai agar dapat diamati TA-nya (Titik Akhir titrasi).

Selain Iodimetri dan Iodometri, Permanganometri, Bromometri, dan Serimetri juga termasuk ke dalam titrasi redoks. Penggolongan jenis titrasi redoks tersebut didasarkan atas larutan titran sebagai oksidator yang digunakannya. 

Permanganometri menggunakan larutan KMnO4 sebagai larutan titrannya, Bromometri menggunakan larutan Br2 sebagai larutan titrannya, sementara Serimetri menggunakan larutan Ce(SO4)2 sebagai larutan titrannya.

Pada kesempatan kali ini, hanya Iodimetri dan Iodometri saja yang akan dibahas. Iodimetri dan Iodometri menggunakan larutan titran yang sama yaitu larutan I2, perbedaannya terletak pada caranya. Apabila Iodimetri menggunakan titrasi cara langsung, sementara Iodometri menggunakan cara yang tidak langsung yang mana menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai larutan titran keduanya.

Dengan ini sekiranya sudah jelas bahwa larutan titran merupakan senyawa pengoksidasi yang artinya akan mengalami reduksi. Di bawah ini merupakan reaksi reduksi yang terjadi pada larutan titran pada beberapa jenis titrasi redoks.


Selain itu, juga sudah diketahui bahwa larutan titrat merupakan larutan pereduksi yang artinya akan mengalami oksidasi, contoh senyawanya antara lain ferisianida dan vitamin C.
 
Pada titrasi redoks ini, haruslah menggunakan indikator redoks yang sesuai agar dapat diamati TAnya dengan baik. Indikator yang sesuai adalah indikator yang memiliki potensial standar dalam rentang antara potensial titran dan titrat. Selain itu indikator tersebut tentulah harus memiliki warna yang spesifik. Suatu indikator dapat menyebabkan adanya perubahan warna karena indikator dalam keadaan tereduksi akan memiliki warna tertentu dan dalam keadaan teroksidasi juga akan memiliki warna tertentu. Contohnya saja pada indikator  1,10 fenantrolin-Fe(II) complex, akan memiliki warna biru pucat dalam keadaan teroksidasinya dan memiliki warna merah intensif dalam keadaan tereduksinya.

Meskipun tiap indikator memiliki harga potensial standar tertentunya, namun dengan adanya modifikasi seperti penambahan gugus, dapat menyebabkan perubahan harga potensial standarnya, dapat lebih tinggi atau bisa juga lebih rendah sehingga dengan begitu dapat digunakan untuk titrasi redoks dengan larutan titran dan titrat yang berbeda dan yang tentunya sesuai dengan harga potensial standar yang sudah dimodifikasi.

Selain menggunakan indikator internal--yang baru saja saya jelaskan--untuk mengamati TA juga bisa dengan autoindikator atau dengan menggunakan potensiometri. 

Pengamatan TA tidak memerlukan indikator apabila autoindikator yang diterapkan, karena pada autoindikator ini, kelebihan sedikit saja larutan titran sudah dapat memberikan warna ke seluruh larutan titrat yang terdapat ke dalam erlenmeyer.

Penggunaan potensiometri untuk mengamati TA hanya diperlukan apabila tidak didapatkan indikator yang sesuai dan jumlah sampel atau senyawa titrat yang digunakan terlalu sedikit. Dengan potensiometri, pengamatan TA didasarkan atas pengukuran potensial antara elektroda standar dan elektroda indikator pada beberapa interval atau tahapan tertentu di titrasi redoks.

Langsung saja mari kita bahas Iodimetri dan Iodometri secara lebih mendalam.

Pertama, saya akan menjelaskan mengenai Iodimetri terlebih dahulu berdasarkan pemahaman saya, apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan. Pada Iodimetri ini, saya akan memberikan contoh dengan larutan titrannya adalah larutan I2, larutan titratnya adalah vitamin C. Sehingga dalam hal ini jelas, I2 akan mengalami reduksi dan vitamin C akan mengalami oksidasi. Jika reaksi reduksi yang terjadi pada I2 sudah ditunjukkan pada gambar sebelumnya, saya akan menunjukkan bagaimana reaksi oksidasi yang terjadi pada vitamin C.


Dalam hal ini, untuk pengamatan TA digunakan autoindikator, namun untuk mempertajam TA, ditambahkan suatu senyawa organik seperti amilum solubel. Tidak akan ada reaksi redoks dengan amilum solubel tersebut, hanya reaksi pembentukan kompleks berwarna saja yang akan terjadi. 

Kedua, Iodometri. Iodometri ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai larutan titran keduanya. Dengan cara yang tidak langsung itu, mekanismenya begini, jadi dibuat larutan titrat ditambah dengan larutan titran 1 di dalam erlenmeyer, baru untuk selanjutnya dititrasi dengan larutan titran kedua.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasilnya titrasi redoks antara lain pH dan tidak adanya senyawa lain yang bersifat reduktor atau oksidator yang lebih kuat.

Pada umumnya, reaksi redoks terjadi pada pH asam lemah atau pada pH netral. Karena beberapa senyawa tertentu pada pH yang tidak sesuai dapat menyebabkan terjadinya reaksi samping, misalnya saja untuk senyawa I2 pada pH bsa akan menyebabkan terjadinya self oxidation and self reduction.

Adanya senyawa lain yang bersifat reduktor ataupun oksidator yang bersifat lebih kuat juga dapat menyebabkan terganggunya reaksi redoks yang diharapkan.

Sekiranya hanya sampai di sini yang dapat saya sampaikan mengenai Iodimetri dan Iodometri. Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat. Terima kasih banyak sudah berkunjung :D

8 comments:

  1. waghh pusing gan rumusnya gan hehehe tapi coba ane kulik degh gan thank's ya gan infonya gan

    ReplyDelete
  2. sip, terima kasih banyak atas kunjungannya. Semoga kuliahnya lancar :D

    ReplyDelete
  3. mbk mkc ya postingannya.. ckup membantu.. skali lgi mkc

    ReplyDelete
  4. mbak mau nanya, tau gk mbak materi soal Analisis kadar iodida dalam air??

    ReplyDelete
  5. Mau nanya indikator yang tepat untuk titrasi iodimetri sma iodometri

    ReplyDelete
  6. Halo semuanya, kalau ditanya langsung, saya ga bisa jawab, tapi saya bisa kasih petunjuk, prosedur itu kalau ga salah bisa dicek di farmakope Indonesia, coba buka indeks dan cari amilumnya. Btw, bisa jg petunjuk saya salah, udah lupa banget sama pelajaran ini wkwk.

    ReplyDelete

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)