Monday, April 25, 2011

Study Tour Jakarta-Bali-Lombok Hari kedua

Hari Jumat, 11 Desember 2009


Sedang asik tidur nyenyak, kami dibangunkan untuk segera sholat subuh. Bus kami berhenti di salah satu pom bensin. Saya tidak melihat pukul berapa sekarang. Langsung saja saya bergegas untuk sholat subuh. Selesai sholat, sebenarnya saya tidak yakin apakah sekarang masih waktu subuh atau belum. Karena saya lihat, matahari sudah terbit. Mungkin saya salah lihat, mungkin karena keadaan saya juga yang masih mengantuk. Di dalam rundown, seharusnya kami sudah sampai di Rumah Makan Puritama untuk sholat subuh dan juga sarapan pagi. Jadi, setelah selesai sholat subuh di pom bensin tersebut, kami menuju Rumah Makan Puritama hanya untuk sarapan pagi. Saya juga diberitahukan, kalau tadi kira-kira pukul 2 pagi, kami melintasi lumpur Lapindo. Saya sangat menyesal tidak dapat melihatnya secara langsung. Sudah terlambat, saya hanya bisa menggigit jari.

Selesai sarapan pagi, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ketapang. Kira-kira pukul 12.00, kami baru sampai di sana. Alangkah tidak nyamannya kapal tersebut, baru masuk saja sudah tercium bau yang tidak sedap dari kamar mandi. Tapi kami tidak mempedulikannya. Di sana, kami terlihat seperti orang yang belum pernah naik kapal. Benar-benar heboh. Hampir semuanya tidak ada yang duduk, mereka menyempatkan untuk berfoto-foto di atas kapal.

Tidak sampai satu jam kami sudah sampai di Bali. Ketika sudah sampai di Bali, kami diperintahkan untuk mengatur waktu, sesuai dengan keadaan wilayah tersebut, yaitu dengan waktu WITA. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Lombok. Kira-kira pukul 15.00, kami berhenti di Rumah Makan Soka Indah. Sekaligus untuk sholat Zuhur dan Ashar. Sesampainya di sana, kami bertemu dengan siswa-siswi dari SMAN *** Jakarta. Tidak kusangka, pakaian para siswinya sangat minim. Apa mereka tidak diajarkan mengenai batasan? Temanku yang lain juga tidak menyangka, kami sangat bersyukur bahwa di antara kami tidak ada yang seperti itu.

Untuk bisa buang air kecil di Rumah Makan Soka Indah, kami harus membayar tiket terlebih dahulu seharga dua ribu rupiah. Tiket itu bukan hanya untuk ke kamar kecil, tapi juga untuk menikmati suasana pantainya yang indah. Sayangnya kami diburu waktu, sehingga kami tidak sempat ke pantainya. Sehabis sholat, kami langsung bergegas makan siang dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Lombok. Walau kami sudah di Bali, tapi tujuan pertama kami adalah Lombok. Kami hanya sekedar melewatinya saja, dan melihat kota Bali dari jendela bus.

Kira-kira pukul 17.00, kami sudah berada di Pelabuhan Padang Bay, untuk menyeberang menuju Lombok. Kapalnya sangat berbeda dengan kapal yang kami tumpangi menuju Bali. Sangat mewah, bahkan disediakan dengan AC dan juga televisi serta kursinya yang nyaman. Saya baru tahu kenapa kualitasnya jauh berbeda. Karena bisa rugi kalau kita menaiki kapal mewah menuju Bali yang memakan waktu tidak sampai satu jam. Sedangkan kapal yang kami tumpangi sekarang wajar kalau sangat modern, karena kita akan menghabiskan waktu sekitar 4 jam di sini. Coba bayangkan kalau kita menaiki kapal yang tidak nyaman itu selama perjalanan menuju Lombok, merupakan pengalaman yang sungguh tidak menyenangkan bukan?







Tapi setelah kami menaiki kapal tersebut, kami tidak langsung berangkat. Menunggu semuanya penuh, menghabiskan waktu sekitar satu jam. Seharusnya kami akan sampai pukul sembilan malam, jadi tertunda akibat hal tersebut. Dan yang disayangkan pula yaitu, kami terpisah dengan teman-teman kami dari bus 2 dan 4. Karena bus 1 dan bus 3 yang sampai duluan, maka kami yang menaiki kapalnya terlebih dahulu. Saya tidak mengerti kenapa kami dipisah, apakah kapasitasnya yang tidak mencukupi? Atau keduluan dengan truk-truk yang juga ingin menuju Lombok? Tak tahulah, yang jelas kami tidak ingin dipisah.







Karena waktu yang dibutuhkan untuk menuju Lombok cukup lama, maka kami diberikan makan malam berupa dinner box. Jujur, saya lebih senang makan malam dengan prasmanan. Tapi... ya sudahlah, daripada tidak makan malam sama sekali. Ketika sudah memasuki waktu Magrib, suasana di sekitar kapal, sangat indah. Apalagi pada saat sudah hilang mega merah, langit dipenuhi dengan bintang. Sungguh indah. Sayang, saya lupa dengan nama-nama rasi bintang. Waktu di Jakarta, saya tidak begitu tertarik dengan rasi bintang. Karena yang saya lihat di sana, rasi bintangnya itu-itu saja. Seperti scorpion. Jadi, rasi bintang yang lainnya saya tidak tahu, karena saya belum pernah melihat langsung. Dan dari sini, kita bisa lihat langit seperti lautan bintang, berbagai macam rasi bintang ada di sini. Sekali lagi saya katakan, “Sungguh amat indah!” Sayang, saya tidak bisa mendokumentasikannya, hasilnya jadi kurang bagus, tidak tampak asli. Sepertinya, ini merupakan pengalaman indah yang tidak akan saya lupakan.

Di dalam kapal, di tengah lautan, kami menyempatkan untuk sholat magrib dan isya. Setelah itu, beberapa temanku ada yang ke ruang tv, dan ada juga yang lebih memilih menikmati pemandangan di atas kapal. Kalau saya termasuk beberapa orang yang menonton televisi. Karena di luar sangat dingin dan berangin. Di dalam, kami dimanjakan dengan kursinya yang empuk, sehingga ada juga dari temanku yang tertidur lelap. Sedangkan saya menghabiskan waktu dengan menonton televisi, dan sesekali menanyakan kabar dari teman saya yang kapalnya terpisah dengan kami. Ternyata setelah satu jam kami berlayar, mereka baru mulai berangkat. Itu berarti, kami akan sampai di hotel lebih dulu dari mereka. Sebenarnya, sejak masih di rumah, saya agak takut menaiki kapal. Karena baru-baru saja, terdengar berita tenggelamnya kapal laut akibat gelombang tinggi. Dan saya takut, hal itu akan terjadi di dalam perjalanan kami, apalagi perjalanannya itu memakan waktu yang cukup lama. Saya juga sedikit takut ketika berada di tengah laut. Benar-benar tidak nampak sebuah pulau pun. Saya sempat berpikir, bagaimana kalau memang hal itu benar terjadi. Saya bersyukur bisa berenang, tapi sampai kapan akan berenang kalau tidak juga menepi, akhir-akhirnya juga akan mati. Apalagi saat saya melihat betapa birunya warna laut, bukankah itu menandakan bahwa lautnya sangat dalam. Saya juga sempat melihat adanya pusaran kecil di laut. Sesekali saya juga meperhatikan jam, sudah berapa lama saya di sini? Saya hanya bisa pasrah dan memohon pertolongan Allah, serta yakin bahwa apapun yang terjadi itu sudah ditakdirkan.

Akhirnya, empat jam itu pun berlalu, dan kami sudah sampai di Lombok. Kira-kira pukul 23.30, kami sudah berada hotel, “Holiday inn” namanya. Sebelumnya, di dalam bus, kami sudah diberi tahu nomor kamarnya. Nomor kamar saya adalah 545. Untungnya ada teman sekamar saya yang juga sekapal dengan saya, Resti namanya. Kalau dia naik bus 2 atau 4, bisa-bisa saya sampai di hotel sendirian. Sebelumnya sudah saya katakan, kalau saya ini penakut. Bagaimana jadinya saya, jika saya berada di kamar sendirian di tengah malam dan tidak ada teman yang menemani, tamatlah riwayat saya.



Letak kamar kami dari lobi hotel lumayan jauh, kami mesti melewati pepohonan di samping kiri kanan jalan, walaupun pepohonan itu ditata dengan rapi tetap saja menyeramkan, ditambah lagi suasana malamnya yang gelap dan sedikit menyeramkan, serta suara-suara serangga yang kecil pun terdengar membuat saya makin merinding. Jalan setapak menuju kamarnya itu bercabang-cabang, awalnya kami bersama-sama dari lobi hotel menuju kamar, satu persatu dari teman saya melewati jalan setapak yang berbeda agar dapat sampai di kamarnya, dan akhirnya tinggal saya berdua dengan teman sekamar saya, jantung saya makin berdegup kencang. Tak lama akhirnya sampai juga di depan kamar.



Selama di perjalanan menuju kamar, saya baru mengerti, kamar-kamarnya diletakkan terpisah dengan yang lain, misalnya dalam satu rumah ada 4 kamar, dua di atas dan dua di bawah. Tapi antara kamar yang satu dengan yang lainnya tidak berhubungan, kamar yang di atas dihubungkan dengan tangga. Saya dan teman sekamar saya kedapatan kamar yang di atas. Kami agak kebingungan bagaimana caranya menaikkan koper kami yang berat itu ke atas, untungnya ada petugas hotel yang langsung sigap membantu kami menaikkan kopernya.





Setibanya di kamar, Resti begitu sibuk merapikan barang-barangnya. Sedangkan saya hanya mengambil beberapa pakaian yang akan saya gunakan untuk malam ini. Resti mandi duluan, saya rasa dia pasti bercanda, kalau dia berada di kamar mandi, berarti saya sendirian di kamar. Perasaan paranoid di setiap tengah malam itu sering menghantui saya, tirai yang belum tertutup saja membuat saya ketakutan. Di dalam pikiran saya hanya ada sugesti bahwa hantu datangnya pada saat tengah malam. Saya harus bisa menghilangkan itu, siapa juga yang mau jadi orang yang penakut, tapi untuk mulai memberanikan diri itu perlu tahapan. Kemudian Resti menutup tirainya dan mencoba menenangkan saya dan juga memberitahukan saya bahwa tidak akan terjadi apa-apa, serta dia juga menyarankan saya supaya menyalakan televisi, agar tidak terlalu hening.

Jendela besar itu terletak di sebelah kanan tempat tidur. Ada dua tempat tidur ukuran orang dewasa sehingga cukup untuk 4 orang. Saya lebih memilih tempat tidur yang dekat dinding kamar mandi dibandingkan dengan yang dekat jendela. Segera saya menyalakan televisi sambil berbaring di atas tempat tidur dan juga menutupi bagian kanan kepala saya agar pandangan saya ke jendela terhalangi.

Setelah Resti selesai mandi, saya memberanikan diri ke kamar mandi untuk membersihkan diri juga, awalnya saya berpikiran untuk tidak mandi, tapi daripada tidurnya nanti tidak nyaman, terpaksa saya mandi juga.

Sekitar satu jam kemudian, dua teman sekamar saya dari bus 2 datang, mereka adalah Leista dan Amel. Rasa takut di suasana tengah malam itu mulai hilang, dengan adanya mereka suasana kamar menjadi hangat, dan saya mulai menikmati fasilitas kamar hotel dengan tenang. Sesekali saya memberanikan diri untuk turun dari tempat tidur dan merapikan pakaian, mengganti channel televisi, mengobrol dengan yang lain, mengisi ulang baterai, dan sebagainya. Dan baru sekitar pukul 02.00, kami tidur.





0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)