Saturday, September 28, 2013

Catatan Praktikum Fitokimia #2

Praktikum pada pertemuan kedua ini, diisi dengan mengerjakan pretest, kemudian responsi dengan responser. Ada banyak hal yang perlu diketahui sebelum praktikum. Sebelum melaksanakan praktikum ekstraksi dan identifikasi simplisia kulit bawang putih (kelompok kami kebagian kulit bawang putih sebagai simplisianya), setidaknya perlu diketahui beberapa hal berikut terkait ekstraksi dan identifikasi simplisia secara umum, yaitu definisi metabolit sekunder, contoh-contoh metabolit sekunder, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode ekstraksi, macam-macam metode ekstraksi, dan metode identifikasi untuk metabolit sekunder.

Metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme suatu tumbuhan atau insek yang manfaatnya untuk tumbuhan atau insek tersebut belum banyak diketahui tetapi akhir-akhir ini telah diketahui manfaatnya bagi manusia yaitu sebagai obat. Contoh metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, glikosida jantung, glikosida saponin, glikosida antrakinon, tanin, dan sebagainya. 

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode ekstraksi, antara lain:
  1. Sifat bahannya termasuk termolabil atau termostabil. Ini penting untuk diperhatikan karena untuk bahan-bahan yang termolabil maka tidak sesuai jika metode ekstraksi yang digunakan adalah yang dengan cara panas, karena bahan tersebut termolabil maka tidak tahan panas.
  2. pH. Dalam hal ini saya lupa alasan kenapa pH perlu untuk diperhatikan, tetapi kalau menurut saya, sejauh pemahaman saya, setiap senyawa memiliki kelarutan yang berbeda-beda pada rentang pH tertentu sehingga dalam hal ini perlu ditentukan pH yang sesuai agar proses ekstraksi dapat berjalan dengan lancar. (Coba cari lagi dari literatur lain ya).
Pada intinya, pemilihan metode ekstraksi paling utamanya diperlukan pertimbangan dari sifat bahannya, misalnya bahan yang mengandung musilagod dan mengembang dengan kuat sebaiknya dimaserasi, sementara kulit batang dan akar sebaiknya diperkolasi. Lalu untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas sebaiknya menggunakan metode ekstraksi dengan cara dingin seperti pengocokkan, maserasi, atau perkolasi dan menghindari metode ekstraksi dengan cara panas seperti refluks, soxhlet, destilasi, infusa, dan dekokta.

Kemudian terkait macam-macam metode ekstraksi. Berdasarkan energi yang digunakan, metode ekstraksi ada 2, yaitu dengan cara dingin dan dengan cara panas. Dengan cara dingin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada pengocokkan, maserasi, dan perkolasi. Pengocokkan merupakan cara ekstraksi yang mana menambahkan bahan yang akan diekstraksi dengan pelarut kemudian dikocok. Sementara maserasi merupakan proses ekstraksi cair-padat menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu dengan sekali-kali diaduk atau dikocok pada suhu kamar (jadi seperti merendam simplisia dalam pelarut dalam waktu tertentu). Sementara perkolasi merupakan proses ekstraksi habis-habisan dengan menggunakan pelarut segar yang selalu dibuat baru. Lalu metode ekstraksi berikutnya yaitu dengan cara panas. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas antara lain refluks, soxhlet, infus, dekokta, dan destilasi. Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan adanya pendingin balik (seperti proses merebus). Soxhlet merupakan ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air, temperatur terukur 96-98 derajat celcius pada waktu 15-20 menit. Sementara dekokta mirip dengan infus, namun pada waktu yang lebih lama yaitu lebih dari 30 menit dan temperatur sampai pada titik didih air. Sementara destilasi merupakan ekstraksi senyawa kandungan menguap dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial.

Soxhlet

Berikut merupakan cara identifikasi untuk beberapa metabolit sekunder:
Uji Tanin secara umum
  1. Dengan FeCl3 dapat memberikan warna.
  2. Menggunakan test gelatin, jadi sampel ditambah larutan gelatin 1% yang mengandung NaCl 10% akan terdapat endapan.
  3. Menggunakan test phenazon, caranya, sampel berupa ekstrak 5 ml ditambah 0,5 gram sodium acid phosphate, dipanaskan, lalu didinginkan kemudian disaring. Filtratnya lalu ditambah dengan 2 ml larutan phenazon, nanti akan terdapat tanin yang mengendap.
  4. Menggunakan test Goldbeater's skin. Caranya dengan membuat potongan kecil membran, lalu direndam dalam 2% HCl 5 menit, kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu direndam dengan 1% larutan FeSO4, nanti akan terbentuk warna coklat atau hitam pada membran.
  5. Kita tahu bahwa salah satu jenis tanin adalah katekin, cara untuk mengidentifikasi adanya katekin adalah dengan cara, sampel ditambah dengan asam lalu dipanaskan, nanti akan terbentuk warna pink atau merah (menunjukkan adanya phloroglusinol.
  6. Selain itu juga ada asam klorogenat, cara mengidentifikasinya adalah dengan menggunakan ekstrak yang mengandung asam klorogenat lalu ditambah dengan aqueous ammonia, nanti akan terbentuk warna hijau.
Uji Fenol secara umum
  1. Menggunakan reaksi warna Azo, yaitu dengan cara zat ditambah dengan diazo A dan diazo B (4:1), nanti akan terbentuk warna merah frambors. Kemudian ditambah dengan amil alkohol, warna merahnya akan tertarik.
  2. Menggunakan reaksi Landolt. Dengan cara larutan sampel diteteskan dengan aquabrom, nanti akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam air.
  3. Menggunakan reaksi Indofenol. Dengan cara sampel ditambah dengan anilin encer 0,01% dan Natrium Hipoklorit (sebagai oksidator) maka akan berwarna biru, lalu ditambah dengan larutan asam maka akan berubah menjadi warna merah.
Uji Flavonoid secara umum
  1. Menggunakan test Shinoda. Filtrat ditambah dengan beberapa tetes etanol 95% dan 3 mg logam Mg. Kemudian ditambah dengan HCl pekat beberapa tetes. Setelah 1-2 menit akan terjadi perubahan warna antara kuning hingga jingga. Selain menggunakan logam Mg, bisa digunakan logam Zn, dengan logam ini, akan timbul warna merah intensif.
  2. Menggunakan uji fluoresensi. Caranya, filtrat ditambah dengan beberapa tetes aseton, asam borat, dan asam oksalat kemudian dipanaskan. Residu dari pemanasan ditambah eter beberapa tetes. Campuran tersebut akan menghasilkan fluoresensi warna kuning.
  3. Menggunakan reaksi dengan NaOH atau amonia. Caranya dengan sampel ditambah dengan NaOH atau amonia, maka akan terbentuk senyawa koloid yang berwarna merah.
  4. Menggunakan reaksi dengan FeCl3. Caranya dengan melarutkan sampel dalam etanol, lalu ditambah FeCl3 10% akan berwarna biru hijau. 
  5. Menggunakan uji Wilson Taubauck, caranya, filtrat ditambah dengan aseton, serbuk asam borat, asam oksalat, kemudian diberi 5 mL eter, lalu diamati menggunakan sinar UV 366 nm maka akan memberikan fluoresensi warna kuning intensif.
Uji Alkaloid secara umum
  1. Zat ditambah dengan 0,5 ml HCl 2% kemudian ditambah pereaksi Dragendorf akan terbentuk endapan berwarna jingga.
  2. Zat dalam 0,5 mL HCl 2%, lalu ditambah dengan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan kekuning-kuningan.
  3. Zat ditambah dengan pereaksi Frohde (1% NH4 Molibdat dalam H2SO4 pekat) akan berwarna kuning kecoklatan.
  4. Zat ditambah Diazo A dan Diazo B (4:1) dan ditambah NaOH akan terbentuk warna merah intesif.
  5. Zat ditambah pereaksi Bouchardat akan berwarna merah coklat.
  6. Zat ditambah H2SO4(p) atau HNO3 (p) akan berwarna kuning atau merah.
Uji Glikosida secara umum
  1. Untuk glikosida secara umum, dapat menggunakan pereaksi Mollisch, caranya, filtrat ditambah dengan pereaksi Mollisch maka akan berwarna biru ungu.
  2. Untuk glikosida saponin, dapat diuji dengan Honey Comb Froth Test, caranya, serbuk ditambah dengan aquadest, didinginkan lalu dikocok dengan kuat, maka akan terbentuk buih yang mantap. Setelah itu didiamkan, lalu ditambah dengan HCl 2 N, maka buih tidak menghilang.
  3. Untuk glikosida jantung, dapat menggunakan reaksi Keller Kiliani, caranya, larutan diuapkan dan ditambah dengan asam asetat, kemudian didinginkan. Ditambah dengan FeCl3 0,3 M lalu ditambah campuran FeCl3 0,3 M dengan H2SO4, maka akan terbentuk cincin merah coklat di batas cairan. Beberapa menit kemudian dapat terbentuk warna biru hijau.
  4. Untuk glikosida antrakinon, dapat menggunakan reaksi Borntrager, caranya, filtrat ditambah H2SO4 lalu ditambah benzen maka akan berwarna kuning.
  5. Selain itu untuk glikosida antrakinon bisa juga dengan filtrat ditambah Na2B4O7 maka setelah kurang lebih 30 menit akan berfluoresensi warna hijau.
Uji Terpenoid secara umum
  1. Zat ditambah pereaksi Lieberman Bourchard akan memberikan warna biru kehijauan.
Demikian yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Lebih baik jangan jadikan ini sebagai literatur, coba cari dari referensi yang lebih berkualitas dan terpercaya. Semoga dengan catatan ini setidaknya bisa meningkatkan pemahaman Anda. Terima kasih sudah berkunjung :)

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)