Sunday, May 14, 2023

Still 17: Setiap Manusia Berhak Bahagia


Terlibat dalam kecelakan besar di usianya yang ke-17, Wo Seo Ri koma selama 13 tahun. Suatu keajaiban ketika ia dapat terbangun. Melompati masa mudanya membuat dirinya canggung, karena wajah yang ia  lihat di cermin nampak bukanlah dirinya yang ia kenal. Tentu dirinya telah menua. Siapa yang tidak kaget ketika menutup mata masih muda, lalu membuka mata mendadak dewasa. 

Wo Seo Ri kabur dari rumah sakit mencari paman dan bibinya yang merupakan walinya. Berbulan-bulan ia menjalani rehabilitasi agar dapat kembali beraktivitas normal, tetapi walinya tersebut tidak kunjung menjenguknya. 

Wo Seo Ri saat menjalani rehabilitasi


Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati paman dan bibinya, melainkan orang lain, membuatnya semakin berpikir mungkinkah paman dan bibinya benar-benar menelantarkannya. Orang tua kandungnya sudah tiada sejak ia kecil akibat kecelakaan sehingga paman dan bibinya yang kemudian menjadi walinya. Di masa-masa itu, paman dan bibinya sangat menyayanginya, mendampinginya seperti anak mereka sendiri, serta mendukung kecintaannya terhadap biola, sehingga di sisi lain, ia menyangkal, tidak mungkin mereka menelantarkannya, pasti ada alasannya.

Rumah yang ia tinggali, ternyata kini telah dijual dan ditempati oleh keluarga Kong Wo Jin yang tinggal bersama dengan keponakannya serta asisten rumah tangga yang dipanggil Jennifer. Kong Wo Jin mengalami masalah mental dimana ia amat menutup diri dan menghindari interaksi dengan orang-orang. Sikapnya yang tertutup pula yang membuatnya tampak dingin. Menurut Chan, keponakannya, Kong Wo Jin yang dulu tidak seperti ini, lebih terbuka dan amat ceria. 

Rumah yang ditinggali Wo Jin ini ternyata akan dijual oleh ayahnya. Mengetahui hal itu Wo Seo Ri mencoba menahannya. Ia menjanjikan jika bertemu dengan pamannya untuk membeli kembali rumahnya. Ada banyak kenangan yang tertinggal di sana, seperti bagaimana dulu ayahnya membangun rumah dan menyiapkan kamar khusus di bawah tangga untuknya berlatih biola agar suaranya tidak mengganggu tetangga yang syukurnya, Wo Jin dan keluarga tidak mengetahui adanya kamar rahasia tersebut sehingga ketika Seo Ri menemukannya kembali, barang-barang miliknya masih tersisa di sana. 

Wo Jin mengizinkan Wo Seo Ri untuk tinggal bersama mereka sampai ia menemukan paman dan bibinya. Dalam masa peralihannya menjadi dewasa, Yu Chan menjadi teman pertamanya, meski berusia 30 tahun, jiwanya yang tampak, masihlah gadis berusia 17 tahun polos yang sepantaran dengan Chan. Chan adalah atlet di SMA-nya, rajin berlatih dayung bersama 2 sahabatnya, Hae Bum dan Deok Soo.


Yu Chan

Di tengah pencarian paman dan bibinya, Wo Seo Ri menyempatkan diri mencari pekerjaan, untuk memperoleh uang agar bisa memperbaiki biolanya. Mulai dari mengupas bawang, hingga membalikkan kaos kaki. Chan dan teman-temannya selalu datang membantu. Meski hidupnya kini seakan sebatang kara, Wo Jin, Yu Chan, Jennifer, Hae Bum, dan Deok Soo sudah seperti keluarga sekarang, sehingga  Wo Seo Ri tidak merasa kesepian, justru amat bahagia bersama mereka, ditambah lagi, ayahnya Wo Jin tidak jadi menjual rumah tersebut.


Suatu hari, tempat kerja Wo Jin, memiliki proyek desain panggung konser biola tunggal. Mengetahui Wo Seo Ri adalah jenius dalam biola, ia direkrut untuk bekerja. Awalnya Wo Jin menolak, karena seiring bersamanya, kecemasannya terus muncul, karena Wo Seo Ri mengingatkannya akan gadis SMA yang ia sukai dulu, Wo Jin selalu berpapasan dengannya, tetapi tidak mengetahui namanya. Suatu waktu, ia melihat tulisan nama Noh Su Mi di jaketnya, kemudian ia menganggap bahwa Noh Su Mi lah namanya.

Hingga kemudian bertemu di bus secara kebetulan. Gadis yang ia anggap Noh Sum Mi itu menyapanya dan menanyakan soal pemberhentian yang tepat jika ingin ke pusat seni di mana. Ada dua pemberhentian yang memungkinkan, tetapi Wo Jin mengarahkannya untuk turun di pemberhentian berikutnya saja karena pertimbangan lebih dekat, kemudian kecelakan itu terjadi. 

Nama Noh Su Mi menjadi salah satu korban tewas kecelakan tersebut hingga mengakibatkan penyesalan yang begitu dalam bagi Wo Jin. Seandainya ia tidak menyuruhnya berhenti di pemberhentian berikutnya, tetapi ikut turun bersamanya, tentu ia tidak akan mengalami kecelakan tersebut. Inilah yang membuatnya terus hidup menutup diri.


Seiring berjalannya waktu, Wo Seo Ri memberikan hari-hari yang menyenangkan bagi Wo Jin, sehingga ia mulai membuka diri. Meskipun cuaca buruk, atau makanan tidak enak sekali pun, semuanya terasa lezat selama bersamanya. Wo Jin jatuh cinta padanya. 

Satu per satu fakta mulai terungkap. Wo Seo Ri merindukan temannya yang ternyata adalah Noh Su Mi. Kemudian Wo Jin mengantarnya ke tempat peristirahatan Noh Su Mi. Melihat foto Noh Sumi bukanlah gadis yang ia sukai dulu, membuatnya bingung. Lebih mengejutkannya lagi ketika mengetahui bahwa gadis itu adalah Wo Seo Ri. Kesalahpahaman itu terjadi akibat Wo Seo Ri yang memang sejak dulu suka ceroboh ketika sudah asik dengan musiknya, selain ia sering salah menggunakan pasang sepatu sehingga kiri dan kanan selalu berbeda, ia juga sering salah ambil tas olahraga, sehingga terkadang ia menggunakan jaket Noh Su Mi. Tentu fakta yang mengejutkan ini merupakan kabar bahagia bagi Wo Jin, ia berterima kasih karena Wo Seo Ri masih hidup.

Menyadari bahwa Wo Seo Ri adalah gadis yang selama ini ia sukai dan dianggap telah meninggal, Wo Jin kembali menutup diri, mencoba menghilang dari semua orang karena kini rasa bersalahnya bukan lagi soal menjadi penyebab seseorang tewas karenanya, tetapi karena telah merenggut 13 tahun masa mudanya. Yang seharusnya jika kecelakaan itu tidak terjadi, Wo Seo Ri mungkin sudah menjadi pemain biola yang handal, yang bisa tampil dan disukai banyak orang. Rasa bersalahnya itu terus menghantuinya, membuatnya meyakini bahwa ia tidak berhak bahagia.

Namun, kini rasa cintanya kepada Wo Seo Ri mengalahkan rasa bersalahnya, ketika ia sudah di pesawat untuk terbang ke tempat yang jauh meninggalkan semua orang, ia berbalik, bahwa ia harus mengejar cintanya. Ia tidak peduli jika dianggap egois, ia ingin terus bersamanya. 

Tentu Wo Seo Ri sedih ketika ditinggal olehnya. Apalagi mengingat bagaimana Wo Jin pernah berjanji kepadanya dalam keadaan apa pun tidak akan pernah menghilang dan akan selalu ada di sisinya. 

Wo Jin kembali dan meluapkan semua emosinya, tentang rasa bersalahnya dan keputusannya untuk tetap berada di sisinya. Meski mungkin Wo Seo Ri membencinya, ia tidak peduli, ia berjanji akan terus menjaganya. Wo Seo Ri bahagia melihatnya tidak jadi pergi, ia mengatakan bahwa apa yang ia ketahui, belum semuanya. 

Ternyata Wo Jin adalah laki-laki yang juga ia sukai, ketika interaksi pertamanya di bus, itu hanya basa basi karena Wo Seo Ri ingin mengenal dan berteman dengannya. Meski Wo Jin tidak mengarahkannya ke pemberhentian tersebut, Wo Seo Ri juga akan ke sana, karena sudah bagian dari rutinitasnya pulang dan pergi dari sana. Jadi, bukan salah Wo Jin sama sekali jika Wo Seo Ri mengalami kecelakan tersebut. Hal ini murni karena takdir yang ia jalani. 

"Konon, saat satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu kebahagiaan lain terbuka untukmu. Tetapi sebagian besar hanya fokus pada pintu yang tertutup, dan bahkan tidak menyadari pintu lain telah terbuka. Mungkin, pintu kebahagiaan yang lain bukan sesuatu yang besar atau spesial. Mungkin hal-hal kecil dan sepele yang tampak tak penting adalah pintu lain menuju kebahagiaan. Aku tak tahu bisa dibuka, jadi jendela kecil di atap kamarku selalu tertutup. Dia mengajariku cara membukanya, nyaman sekali, dan itu menjadi pintu lain menuju kebahagiaan bagiku. Jika kau tak berhenti di depan pintu yang tertutup, sebelum terlalu terlambat, jika kau mencari pintu kebahagiaan lain, jika kau memberanikan diri dan berjalan ke pintu itu. Mungkin saja, kau akan mampu menemukan kebahagiaan, yang tanpa kau sadari itu ada."


Drama Korea berjudul "Still 17" ini mengajarkan bahwa kita tidak sepatutnya berhenti dan meratapi masa lalu. Tidak pula menyerah dengan masa depan. Mengajarkan bahwa setiap orang berhak bahagia. Apa yang terjadi di masa lalu adalah takdir dimana selalu ada alasan di baliknya. Manusia hanya perlu ikhlas menerima, berfokus pada masa kini, dan berpindah ke masa depan. Dengan kata lain, untuk tidak terus berlarut dalam masa lalu karena pintu kebahagiaan yang lain menanti untuk dibuka. 

Selain itu, menurut Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. The Power of Positive Feeling, 

"Bahagia adalah fitrah. Bahagia, memang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, karena menurut fitrahnya, manusia itu diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan-Nya." 

Meski semangat hidupku masih naik turun, dari drama ini aku dibuat percaya bahwa ada pintu baru yang harus aku buka karena aku bagaimana pun adalah manusia yang fitrahnya berhak berbahagia. Semoga benar begitu. 

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)