Monday, February 06, 2023

Aku Tidak Memilih Depresi




Mengutip dari @meaningful.me

"Depresi bukanlah pilihan - Kami tidak memilih untuk depresi. Depresi dapat mempengaruhi berbagai hal dalam hidup seperti hubungan, pekerjaan dan pendidikan. Kami tidak memilih untuk memiliki suasana hati yang buruk dan berupaya mengubahnya sepanjang waktu. Depresi berada di luar kendali kami, kami tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya terjadi pada kami. Namun, kami tidak lemah karena kami mengalami depresi."


Jangan samakan depresi dengan stres. Perbedaannya terletak pada periode keberlangsungannya. Stres bukanlah suatu kondisi mental melainkan suatu cara manusia bertahan hidup dan akan hilang setelah peristiwa tersebut berubah. Tetapi apabila stres berlangsung dalam waktu yang berkepanjangan, penderitanya dapat jatuh ke dalam depresi [1]. 

Selain itu, stres dan depresi memiliki gejala yang berbeda sebagai berikut [2]:

Gejala stres:

  • kesulitan tidur
  • merasa kewalahan (overwhelmed)
  • memiliki masalah dengan ingatan
  • memiliki masalah berkonsentrasi
  • perubahan gaya makan
  • merasa grogi dan cemas
  • merasa marah, sensitif, dan mudah frustasi
  • merasa burned out dari suatu aktivitas
  • merasa tidak bisa mengatasi kesulitan dalam hidup
  • kesulitan berfungsi dalam kehidupan pribadi
Sementara gejala depresi lebih banyak dan lebih berat:
  • menarik diri dari orang lain
  • merasa sedih dan tidak memiliki harapan (hopeless)
  • tidak memiliki energi, antusias, dan motivasi
  • kesulitan membuat keputusan
  • merasa lelah, gelisah dan jengkel
  • lebih banyak makan atau bahkan bisa juga kurang dari biasanya
  • kesulitan berkonsentrasi
  • kesulitan dengan ingatan
  • merasa buruk tentang diri sendiri atau merasa bersalah
  • marah dan gusar
  • merasa tidak bisa mengatasi masalah dalam hidup
  • kesulitan berfungsi dalam kehidupan pribadi
  • memiliki pikiran untuk bunuh diri

Berdasarkan yang diuraikan di atas, itulah mengapa aku mengidentifikasikan diriku sudah masuk ke dalam depresi. Aku sedih dalam waktu yang berkepanjangan dan benar, aku tidak memilih untuk mengalami hal tersebut. Aku merasa tidak berguna dan kehilangan motivasi dalam hidup hingga memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup. Namun, aku tahu pemikiran tersebut adalah salah. Aku  ingin agar orang tahu bahwa depresi ini tidak bisa dikendalikan, dan bukan berarti aku tidak ingin menghentikannya. Aku mau dan aku sedang dalam perjalanan pemulihannya. 


"Depresi kami tidak bisa hilang begitu saja - Kalimat seperti "Udah nggak usah dipikirin" bisa membuat frustasi untuk didengar, dan ini menunjukkan bahwa orang yang kami ajak bicara benar-benar tidak mengerti perasaan kami. Kami tidak bisa begitu saja keluar dari depresi, itu tidak mungkin. Kami menggambarkan depresi sebagai perasaan seperti tenggelam, tidak peduli seberapa keras kamu mencoba untuk melawannya, itu mengalahkanmu dan tidak ada yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya. Depresi terasa seperti pertempuran terus-menerus dan melelahkan."


Lelah, benar-benar melelahkan, aku berjuang untuk mengatasi kemunculannya dengan mengalihkan ke aktivitas-aktivitas yang lebih positif. Aku akui aku sedang melakukan pelarian. Menghindar dari apa yang membuatku sakit dan sedih, tidak mengatasi sumber masalahnya karena memang tidak bisa diatasi, sekali lagi ini sesuatu yang diluar kendaliku. Aku sedang berusaha menyelamatkan diriku dari kehancuran diriku. Pelarian saat ini adalah yang paling bisa aku lakukan, aku hanya butuh dukungan, bukan penilaian buruk atas pelarian atau penghindaran yang aku pilih. Yang justru penilaian itu keluar dari sahabatku sendiri. 

Ketahuilah bahwa, rasa cemasku ketika gangguan itu muncul tergambar dengan baik seperti video di bawah ini. 



Aku overthinking, insecure, dan merasa tidak berdaya. Lalu seseorang mengatakan dengan mudah bahwa aku hanya perlu tenang, cepat bangkit dan kesedihan, justru malah makin membuatku hancur. 


Lagipula pelarian yang aku pilih juga bukanlah hal yang buruk.

"Ketika tiba-tiba muncul pikiran negatif seperti kesepian, kegagalan, dan penolakan, coba alihkan fokus kita ke hal lain seperti memperhatikan nafas, berhitung dalam hati, dsb. Banyak penelitian membuktikan, hanya dengan dua menit pengalihan, mampu menghilangkan keinginan yang sangat kuat untuk memikirkan kembali kejadian buruk yang sudah terjadi."

 

Dengan begitu, pilihanku untuk melarikan diri dengan pengalihan tervalidasi dan membantuku dalam proses pemulihan dari depresi. 

"Kami tidak selalu memiliki alasan mengapa kami depresi - Bagi seseorang yang belum pernah mengalami depresi, mudah untuk berasumsi bahwa depresi disebabkan oleh suatu peristiwa dalam hidup seseorang. Depresi dapat dipicu oleh suatu peristiwa kehidupan seperti kehilangan atau kematian, tetapi tidak selalu ada alasan mengapa seseorang mengalami depresi. Depresi dapat mempengaruhi siapa saja dan itu adalah penyakit."


Depresi yang aku alami, terjadi bukan karena satu hal saja, bukan hanya soal ditinggal ibu, ada banyak hal yang sudah aku dan kakak-kakakku alami di dalam keluarga, karena ini masalah yang tidak hanya menimpaku, jadi bagaimana mungkin aku berlebihan menganggap diriku depresi, ketika ternyata gejala itu ada juga pada kakak-kakakku. Cuma bedanya, gejala itu lebih nampak dalam diriku, karena aku kini hidup sendiri, sehingga ada banyak waktu sendirian untuk aku tenggelam dalam rasa kesedihan, sementara mereka memiliki banyak pengalihan karena ada keluarga kecil mereka masing-masing. Jadi, kondisi depresi yang aku alami juga tervalidasi. It's not only me!


Yang ingin aku sampaikan tepat seperti yang dr. Tirta katakan dalam video berikut:


Orang depresi itu adalah orang yang paling keren banget, karena kenapa? Di depan umum dia bisa ketawa, senyum, santai, tapi ketika dia sendirian, murung, mengurung diri. So, solusi orang depresi adalah jangan pernah meninggalkan mereka sendiri di kamar, loh berarti kita harus nemenin? nggak, ya harus diawasin. Orang depresi kalau dikurung berhari-hari, suicide. Orang depresi itu sangat butuh temen, jadi ketika ada orang depresi cerita, dengerin. Dengan begitu dia kayak bebannya terbagi. Mungkin kamu kalau dapat masalah bisa terselesaikan, bangga. Tapi di luar sana, banyak manusia yang ngga bisa nyelesain masalah hidupnya. Dan ketika manusia gagal menyelesaikan masalah hidupnya, yang terserang bukan fisiknya lagi, psikisnya yang kena, dan itu bahaya. Ketika orang curhat halah gitu aja kok. Ini loh aku, jangan semua dibandingin dengan self centered bos, ya kan. Apa yang bebanku menurutku berat, mungkin bagimu ringan. Tapi bukan gitu caranya empati.


Ketika aku sedang terpuruknya, sahabat paling dekat malah pergi dan menyatakan tidak ingin ada lagi di dalam hidupku, hanya karena aku terlalu hanyut dalam kesedihan yang kemudian menyebabkanku membuat kesalahan dimana aku tidak lagi diberi kesempatan kedua. Depresiku sudah menyebabkan orang terdekatku juga terluka. Mungkin, ini adalah hal yang benar. Tidak bergantung lagi pada orang lain dengan menjalani hidup sendiri. Aku sudah terlalu banyak merepotkan orang terdekat. Itulah mengapa, kini aku lebih memilih untuk menarik diri. Aku berharap, tanpa aku di kehidupan mereka, mereka dapat hidup menjadi lebih bahagia.

Begitu pun terhadap kakak-kakakku, aku tahu ini juga sulit bagi mereka, sehingga aku juga tidak ingin merepotkan mereka dengan tinggal bersamanya. Hidup sendiri adalah keputusan terbaik untuk saat ini. 

"Kami tidak ingin menyakiti siapapun -  Bagi teman dan keluarga mungkin sulit untuk melihat seseorang tercinta menderita depresi, dan mungkin sulit untuk memahami bagaimana membantu dan apa yang harus dilakukan. Dengan depresi ada juga perasaan bersalah dan takut mengecewakan orang. Kami mungkin menganggap banyak hal terlalu personal atau mengatakan sesuatu yang mengerikan tetapi kami tidak bersungguh-sungguh. Mungkin sulit untuk mencintai dan merawat seseorang yang mengalami depresi, tetapi berada di samping mereka dan menunjukkan kepada mereka cinta dan perhatian tanpa syarat adalah salah satu hal terbaik yang dapat orang lain lakukan untuk kami."

Baru saja semalam aku introspeksi, memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku salah satunya mengapa aku dulu aku harus begitu keras belajar dan terus berprestasi jika bukan untuk ibu dan bapak. Kini ibu sudah tiada dan bapak tidak membutuhkan aku, yang dalam sekejap aku kehilangan makna untuk apa hidup jika begini akhirnya. Ternyata Tuhan menjawab pertanyaanku bahwa Tuhan tahu bahwa aku akan mengalami hal buruk ini sehingga tanpa kemampuan yang aku miliki saat ini,  hidupku akan lebih menyedihkan lagi. 

Ibu dan Bapak tidak ingin aku hidup untuk mereka, melainkan keduanya mendorongku, mempersiapkanku menjadi aku saat ini agar kelak aku bisa hidup dengan kakiku sendiri tanpa harus bertumpu pada kaki orang lain. Apa jadinya aku kalau kejadian ini menimpaku pada saat aku tidak memiliki kemampuan apa pun, aku akan hidup dengan rasa bersalah karena terus menjadi beban  orang lain. 

 

"Kami bisa merasa seperti beban dan terlalu banyak yang harus ditangani - Depresi dapat menyebabkan kami merasa tidak nyaman bagi orang lain, membuat kami merasa terisolasi dan sulit untuk berbicara dengan orang lain. Kadang-kadang kami dapat merasa terlalu banyak yang harus dihadapi. Saat merasa rendah diri, kami dapat menghindari orang lain untuk menyembunyikan perasaan kami dari keluarga dan teman-teman. Inilah saatnya teman dan keluarga perlu berbelas kasih dan meyakinkan kami bahwa kami bukan beban bagi mereka. Dengan memberi tahu bahwa kami dapat berbicara dengan mereka tentang perasaan kami, kami dapat memperoleh rasa aman dan dukungan di sekitar kami."


Bersyukur di tengah prosesku menjalani pemulihan, Tuhan menghadiahkanku teman-teman baru yang dengan senang hati mendengarkanku dan berempati. Didengarkan saja aku sudah merasa senang apalagi memperoleh dukungan. 

"Pencapaian yang orang lain anggap kecil itu besar bagi kami - Mencapai tujuan yang kami tetapkan untuk diri sendiri membuat kami merasa bangga. Tujuan orang lain mungkin mendapatkan nilai tinggi atau mendapatkan pekerjaan, tetapi terkadang hanya bangun dari tempat tidur atau berbicara dengan seseorang tentang perasaan kami adalah sebuah pencapaian. Banggalah dengan kami ketika kami mencapai tujuan ini. Pencapaian ini membawa kami selangkah lebih dekat dengan tujuan pemulihan dan suatu hari nanti kami akan dapat mencapai hal-hal yang lebih besar, tetapi untuk sekarang ini mencapai hal-hal kecil memberi rasa pencapaian itu."

"Kami menghargai kata-kata baik orang lain dan bagaimana orang lain mencoba membantu - Mungkin sulit untuk mengetahui apa yang harus dikatakan dan apa yang harus dilakukan untuk membantu. Terkadang menawarkan beberapa kata yang baik dapat membantu  dan kami mungkin tampak tidak menghargainya, tetapi sebenarnya kami menghargainya. Mungkin sulit bagi kami untuk menunjukkan perasaan bersyukur tetapi kebaikan yang ditunjukkan sangat berarti bagi kami."

 

Teman-teman kantorku kini menjadi pengalihan terbaikku, bersama mereka aku merasa aman dan tenang. Mereka baik sekali mau menemani aktivitasku, menemani olahraga badminton, gym dan kelas-kelasnya, ngobrol di kafe, jalan-jalan, hingga pulang larut malam hanya untuk mendengarkanku berkeluh kesah. Hal yang paling tidak mudah dilupakan adalah ketika temanku mengatakan kepadaku bahwa ingatlah kesulitan yang aku hadapi saat ini, kelak akan diganti dengan kebahagiaan yang berlimpah oleh Tuhan, dan temanku sangat yakin akan hal ini hingga menyuruhku untuk mencatat perkataannya tersebut pada tanggal 27 Januari 2023 (Janjiku untuk mencatat, sudah aku tumpahkan di sini ya, serta di buku diaryku). Teman-temanku lainnya yang mendengarkan juga mengangguk setuju. 

Dimana lagi aku bisa memperoleh teman kantor serasa teman baik. Karena yang aku tahu banyak yang mengeluh akan teman-teman kantornya yang fake. Namun, untuk teman-teman kantorku ini, aku bisa merasakan ketulusan dan kebaikannya, sehingga tidak semua teman kantor itu buruk. Terima kasih sudah menjadi bagian dari proses perjalananku dalam depresi ini. Semoga doa-doa kalian agar aku cepat pulih segera terkabul. Aku tidak tahu kapan, yang jelas aku terus berusaha. 


"Kami pun mencoba yang terbaik untuk melewatinya - Depresi adalah sesuatu yang harus kami atasi. Kami telah belajar bahwa pemulihan bukanlah sesuatu yang kami pilih sekali, kami harus memilihnya berulang kali. Kami tidak bisa begitu saja melepaskan dan mengabaikan depresi, ini harus ditangani dengan tepat oleh seorang profesional medis. Jika kami harus menggunakan terapi dan/atau obat-obatan sebagai cara untuk mengatasi depresi kami, mohon berdirilah bersama kami. Depresi dapat membuat kami merasa terisolasi dan kesepian dan memiliki seseorang di sisi kami dapat membuat kami merasa tidak sendirian."

 

Perjalanan pemulihan ini kurasa akan berlangsung lama, aku butuh waktu, tetapi ternyata bukan hanya waktu yang menyembuhkan luka, aku perlu melakukan sesuatu untuk mengobatinya. 


"Kita cenderung mengangagap remeh luka yang ada di dalam hati. Kita berpikir, luka yang ada di dalam hati pasti juga sembuh dengan sendiriya. Kenyataannya tidak. Hal ini dapat dibuktikan melalui contoh sederhana seperti orang yang mengalami patah hati pasti memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk pulih."

"Yang membedakan waktu yang diperlukan setiap orang untuk pulih adalah kemampuan seseorang untuk memaafkan dan merelakan semua yang sudah terjadi."

"Time doesn't heal anything. It's what you do with the time that heals."

"Ketika hal buruk terjadi dalam hidup, kebanyakan orang akan merasakan kesepian, gagal, dan kehilangan kepercayaan diri. Semua emosi buruk itu akan menarik kita ke dalam pusaran penderitaan. Doktor Winch menyarankan, ketika hati kita terluka, rawatlah hati kita dengan penuh kasih seperti halnya seorang teman baik yang selalu melindungi kita."

"Jangan menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi, jangan salahkan orang lain, dan jangan salahkan keadaan. Kemudian, kembalikan kepercayaan diri yang sempat menurun. Ketika kita kembali yakin atas diri sendiri, kita akan lebih kuat dalam menghadapi pikiran-pikiran negatif."


Begitulah, selain pengalihan ke kegiatan-kegiatan yang positif, yang aku lakukan adalah memaafkan dan  berusaha melakukan penerimaan. Semoga dengan upayaku ini, aku bisa kembali menemukan semangat untuk hidup serta dihindari dari dampak buruk terhadap kesehatanku yang dapat berlanjut jika aku tidak berusaha memulihkannya. Lain waktu kita bisa membahas, dampak-dampak kesehatan apa saja yang terjadi akibat depresi yang tidak tertangani. 

Anyway, terima kasih sudah membaca sampai habis, terima kasih sudah mendengarkan dan membersamaiku dalam coretanku di sini. Semoga hari-harimu bahagia ya!

がんばって ヌルルちゃん!

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ

Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (Al-Insyirah ayat 5)






Referensi:
[1] Gnardi, A.J. (2021) Perbedaan Stres dan Depresi serta Cara Mengatasinya. https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/perbedaan-stres-dan-depresi-serta-cara-mengatasinya

[2] https://www.mhanational.org/stressed-or-depressed-know-difference

[3] Meaningful.me. Dari: Penyintas Depresi. Pesan: Ada yang Ingin Kami Sampaikan Padamu. https://www.instagram.com/p/ClAtJQktQoK/?igshid=MDJmNzVkMjY=

[4] Meaningful.me. "Time will heal.." Benarkah Waktu Meyembuhkan Luka?" https://www.instagram.com/p/CgbL8mvBNEr/?igshid=MDJmNzVkMjY=
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)